oleh Panggah Ardiyansyah
Selesai berkeliling candi, Chulalongkorn mengajukan permohonan kepada pemerintah kolonial Hindia Belanda untuk membawa beberapa obyek dari Borobudur untuk melengkapi koleksi istana Siam. Permohonan yang disampaikan kepada Groneman ini disetujui oleh Gubernur Jendral Hindia Belanda di Batavia melalui berita telegram. Keputusan ini kemungkinan diberikan sebagai tanda balas budi atas hadiah patung gajah yang diberikan oleh Chulalongkorn kepada pemerintah Hindia Belanda setelah kunjungan pertamanya ke Jawa pada tahun 1871. Arca ini ditampilkan, sampai saat ini, di halaman museum Ikatan Kesenian dan Ilmu Pengetahuan Batavia yang setelah kemerdekaan Indonesia diubah dan diadaptasi menjadi Museum Nasional Indonesia. Sementara itu, sebanyak delapan peti kemas dibawa pulang Chulalongkorn dari Borobudur, walaupun sampai saat ini belum ditemukan daftar yang akurat mengenai pengiriman tersebut. Beberapa obyek yang dapat dipastikan berupa lima buah arca Buddha, dua buah arca singa, sejumlah arca kala dan batu berrelief, serta sebuah arca dwarapala yang ditemukan di Bukit Dagi. Ketika memilih apa saja obyek yang ingin dibawa, Chulalongkorn menulis dalam buku catatan pribadinya bahwa dia memilih satu arca paling jelek dari setiap kelompok arca yang mempunyai posisi tangan yang sama, yaitu arca yang berada di posisi timur, selatan, barat, utara dan tengah. Bahwa di Candi Borobudur terdapat enam kelompok arca dengan posisi tangan yang berbeda, dia berinisiatif untuk tidak mengambil arca keenam yang berada di tingkat stupa karena menganggap arca tersebut sebagai yang paling suci sehingga dirasa tabu untuk diambil.
Dari Candi Borobudur, Chulalongkorn kemudian mengunjungi Candi Mendut pada tanggal 2 Juli 1896. Dia terkagum ketika mendapati tiga arca besar didalamnya dan berangan-angan kalau arca-arca tersebut dibawa ke Siam pasti akan dibangunnya sebuah kuil yang megah untuk mereka. Namun dia memutuskan untuk tidak membawa arca Mendut karena berpikir bahwa arca-arca tersebut merupakan milik orang Jawa dan sebaiknya dirawat oleh mereka sendiri sehingga dia tidak merasa berhak meminta arca tersebut kepada pemerintah Hindia Belanda. Namun selain beberapa obyek dari Candi Borobudur, patut dicatat juga bahwa beberapa arca dan batu berrelief dari Candi Prambanan dan Candi Singosari, yang juga dikunjungi oleh Chulalongkorn, dimasukkan dalam pengiriman ke Siam. Bahkan ketika Chulaongkorn berkunjung ke keraton Mangkunegaran di Surakarta, Mangkubumi VI memberikan hadiah kepada sang raja berupa empat buah arca Buddha yang diduga diambil dari Candi Plaosan.