You are currently viewing Konsultasi Kajian Lapisan Pudel Halaman Candi Borobudur
Tim kajian berfoto bersama staf PUSJATAN

Konsultasi Kajian Lapisan Pudel Halaman Candi Borobudur

Konsultasi Kajian Lapisan Pudel Halaman Candi Borobudur

Salah satu fungsi dari Balai Konservasi Borobudur (BKB) yaitu pelaksaan kajian konservasi Candi Borobudur dan kawasan cagar budaya lainnya. Salah satu kajian yang dilaksanakan oleh BKB yaitu Kajian Lapisan Pudel Halaman Candi Borobudur. Senin (16/09/2019), sebanyak tiga anggota tim kajian melakukan konsultasi ke Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan (PUSJATAN) di Cisaranten, Bandung. Konsultasi kajian dilakukan agar diperoleh metode kajian ataupun metode lain terkait dengan stabilisasi tanah halaman Candi Borobudur.

Tim kajian melakukan paparan bersama staf PUSJATAN

Dalam forum tersebut, tim kajian menyampaikan bahwa BKB memandang penting untuk memiliki metode stabilisasi tanah halaman Candi Borobudur yang setiap tahun mengalami kerusakan. Hal ini dilatarbelakangi oleh jumlah pengunjung Candi Borobudur yang mengalami kenaikan setiap tahun. Beban pedestrian, khususnya pada puncak kunjungan mengakibatkan lapisan pudel mudah mengalami kerusakan.

Selain itu, pengelolaan kawasan dan tata ruang termasuk di dalamnya zona I Candi Borobudur diatur dalam Peraturan Presiden No. 58 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Kawasan dan Tata Ruang Kawasan Borobudur dan Sekitarnya. Jika mendasarkan pada peraturan tersebut, maka standar ruang zona inti harus mengacu pada arahan zonasi. Arahan zonasi tersebut mencakup di dalamnya ketentuan intensitas pemanfaatan ruang hijau sebesar 96 % dan bangunan sebesar 4 %. Dengan peraturan tersebut, maka pembangunan bersifat rigid dan permanen sangat dibatasi.

Lapisan pudel halaman Candi Borobudur pernah diperbaiki selama tiga kali yaitu pada 2011, 2015, dan 2017. Indikasi tidak sempurnanya lapisan pudel yaitu komposisi lapisan belum sesuai dalam mengakomodir kebutuhan kunjungan pada halaman Candi Borobudur. Faktor lingkungan iklim khususnya curah hujan tidak diperhatikan juga menjadi faktor penyebab komposisi pudel cenderung basah.

Diskusi tim kajian dengan staf PUSJATAN

Hendri, Kasubbid Standar PUSJATAN menyampaikan bahwa stabilisasi tanah tanpa semen akan mudah rusak jika tanpa penutup. Padahal prinsip jalan untuk pedestrian harus tahan air dan memiliki pelapis/penutup. Atas dasar hal-hal tersebut, Hendri menyarankan apabila ingin menggunakan lapisan pudel perlu penambahan bahan fly ash/addictive dan curing (perawatan pudel). Curing dapat dilakukan dengan cara penutupan pudel selama 1 x 24 jam setelah aplikasi. Teknik tersebut diharapkan dapat meningkatkan kualitas lapisan pudel. Selain itu ditambahkan jalan pembuangan air yang ketinggian dan kemiringannya diukur dengan theodolyte sehingga limpasan air dapat berfungsi sempurna.