Konservasi Koleksi Perang Dunia II Morotai

konservasimorotai

Meski hanya seluas 1.800 kilometer persegi, Pulau Morotai di Maluku Utara memiliki peran penting dalam sejarah Perang Dunia II. Pulau Marotai menjadi pangkalan militer Sekutu yang memiliki tujuh landasan pesawat untuk melumpuhkan Jepang, sehingga tidak mengherankan saat ini banyak ditemukan sisi-sisa peralatan perang yang tersebar di pulau morotai.

Di kepulauan Morotai banyak ditemukan peninggalan artefaktual berupa peralatan yang digunakan untuk kegiatan sehari-hari seperti sendok, garpu maupun peralatan yang difungsikan sebagai artefak untuk pertahanan seperti senapan, peluru, dan granat. Mengingat nilai sejarah yang sangat tinggi dan umur koleksi yang tua, maka diperlukan langkah-langkah konservasi untuk menjaga kelestarian koleksi.

Tim Balai Konservasi Borobudur yang bekerja sama dengan Balai Pelestarian Cagar Budaya Ternate melakukan upaya-upaya konservasi terhadap beberapa koleksi. Koleksi peninggalan Perang Dunia II yang dikonservasi berupa koleksi berbahan gelas, logam, dan porselen. Hal ini disampaikan dalam diskusi bulanan pengkayaan teknis, Selasa (18/03/14) oleh tim Balai Konservasi Borobudur Sri Wahyuni A.Md dan Yudhi Atmadja H.P.

Mereka menyampaikan bahwa bahan yang digunakan untuk melakukan konservasi koleksi berbahan gelas menggunakan cuka, kerikil, dan sabun serta air. Sedangkan bahan yang digunakan untuk konservasi jenis logam terutama perunggu dan kuningan menggunakan campuran antara jeruk nipis dan soda kue (sodium bikarbonat) yang sudah dipastakan.

DSC_0715_320x213 DSC_0716_320x213

Koleksi yang berbahan besi menggunakan asam sitrat dengan konsentrasi 5 yang bisa diganti dengan menggunakan air jeruk nipis (pH 4-5) yang memiliki kandungan asam sitrat sedangkan untuk melapisi logam agar tidak mudah terpapar udara menggunakan minyak singer. Untuk  konservasi porselen menggunakan air hangat yang diberi sabun, namun porselen yang sudah berkerak dibutuhkan pasta yang merupakan campuran soda kue dengan air jeruk.

Untuk metode penyimpanan sementara koleksi tim konservasi membungkus setiap koleksi dengan kertas tissue dan kertas koran kemudian diikat agar tidak terkena kotoran/debu, selanjutnya dimasukkan ke dalam container box yang ditambahkan kapur tulis untuk menyerap kelembapan.