Candi Brahu merupakan salah satu bangunan yang telah ditetapkan sebagai cagar budaya peringkat nasional. Candi ini telah dilakukan dua kali pemugaran, yaitu : masa kolonial Belanda dan masa pemerintah Indonesia. Berdasarkan laporan hasil pemugaran tahun 1991–1995 tercatat ada empat bahan kimia yang diaplikasikan pada bangunan candi, yaitu : Silicosol yang berfungsi sebagai bahan pelindung, Araldite tar sebagai bahan kedap air, serta AC 322 dan Hyvar XL sebagai bahan herbisida. Kegiatan pemugaran kedua ini telah berlalu lebih dari 20 tahun dan belum pernah dievaluasi. Tujuan dari kegiatan ini untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari penggunaan bahan kimia selama kegiatan pemugaran kedua. Kegiatan ini dilakukan dengan melakukan pengamatan secara langsung di Candi Brahu kemudian mendata jenis bata, letak aplikasi bahan kimia, serta dampak yang ditimbulkan dari penggunaan bahan tersebut dengan cara mendata jenis kerusakan. Hasilnya, bata penyusun candi terdiri dari tiga jenis, yaitu : bata lama, bata lama yang dipasang kembali ketika pemugaran Belanda, dan bata hasil pemugaran tahun 1991–1995. Aplikasi bahan Silicosol hanya dilakukan pada kaki I dan kaki II. Araldite tar diaplikasikan pada bagian bawah bata yang dianggap lantai, batas bata hasil pemugaran tahap I dan tahap II, serta di atas dan samping lapisan cor beton. Untuk aplikasi AC 322 dan Hyvar XL hanya dilakukan pada tahap III di bagian tubuh sedangkan aplikasi pada bagian lain dari bangunan candi tidak ditemukan datanya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bata hasil pemugaran tahun 1991–1995 cenderung rapuh sedangkan dua jenis bata lainnya tampak utuh. Bahan Silicosol dioles pada seluruh permukaan bata bagian kaki I dan kaki II, namun pengelupasan dan kerapuhan bata lebih banyak terjadi pada bata hasil pemugaran tahun 1991–1995. Ini menandakan kerusakan itu bukan akibat penggunaan bahan Silicosol tetapi karena kualitas bata yang kurang bagus. Aplikasi bahan Araldite tar masih efektif terlihat pada struktur bata yang tidak mengalami kerusakan. Efektivitas bahan AC 322 dan Hyvar XL tidak dapat bertahan lama sehingga tidak dapat diamati dampaknya terhadap bangunan candi. Evaluasi dampak penggunaan bahan kimia setelah kegiatan konservasi dan kajian untuk mencari solusi penanganan kerusakan perlu dilakukan untuk mencegah kerusakan semakin luas.
Artikel selengkapnya silahkan unduh disini