You are currently viewing Dolanan Permainan Tradisional Di Car Free Day

Dolanan Permainan Tradisional Di Car Free Day

Dolanan Permainan Tradisional Di Car Free Day

Minggu, 6 Oktober 2019, Balai Konservasi Borobudur (BKB) kembali menggelar aktivasi permainan tradisional untuk kedua kalinya. Setelah sebelumnya bertempat di Taman Lumbini Candi Borobudur, kegiatan dolanan permainan tradisional dilaksanakan di area car free day (CFD) Rindam IV Diponegoro Kota Magelang.

Permainan ular naga

Acara di area CFD Rindam IV Diponegoro agak berbeda dengan kegiatan serupa di Taman Lumbini. BKB menggandeng Komunitas Kampoeng Dolanan Nusantara yang ada di Borobudur untuk ikut meramaikan suasana. Antusiasme pengunjung CFD pun semakin meningkat dengan kehadiran beberapa anak dari Kampoeng Dolanan yang memperagakan permainan tradisional. Permainan cublak-cublak suweng, dingklik oglak aglik, ular naga, tarian mentok-mentok mereka lakukan sambil mengajak pengunjung untuk ikut bemain serta.

Tidak hanya anak-anak yang tertarik dan antusias untuk ikut dolanan di acara tersebut. Pengunjung berusia dewasa dan remaja pun banyak yang ikut bermain permainan tradisional seperti egrang, gasing, lompat tali dan sondah mandah atau engklek. Alasannya juga bermacam-macam. Ada yang ingin mengenang masa kecil, ada yang memberi contoh untuk anak atau adeknya, tetapi ada juga yang benar-benar belum pernah melakukan permainan tradisional tersebut. Antusiasme dan wajah-wajah bahagia para pengunjung setelah ikut dolanan tersebut, sangat selaras dengan tujuan diselenggarakannya kegiatan itu.

Gelaran permainan tradisional yang dilaksanakan di Taman Lumbini dan Area CFD Rindam tersebut diselenggarakan sebagai dukungan terhadap Pekan Kebudayaan Nasional (PKN)   7 s.d. 13 Oktober 2019 di Istora Senayan Jakarta. Aktivasi permainan tradisional ini merupakan salah satu wadah untuk mewujudkan srategi pemajuan kebudayaan di tengah masyarakat dengan mengangkat tema “Ruang Bersama Indonesia Bahagia” yang mengacu pada stanza kedua lagu Indonesia Raya, “Marilah Kita Mendoa, Indonesia Bahagia.” Harapannya, masyarakat akan termotivasi untuk mengenalkan dan lebih intens melakukan dolanan tradisional di lingkungan sekitarnya.