Diskusi Progres Kajian Efektifitas Minyak Atsiri Sereh Wangi
Jumat (25/10/2019) dilaksanakan diskusi progres kajian efektifitas minyak atsiri sereh wangi. Minyak atsiri sereh wangi ini digunakan sebagai bahan insektisida pada cagar budaya berbahan kertas. Diskusi progres kajian dibuka oleh Kepala Seksi Konservasi Yudi Suhartono dengan narasumber Dwiarso Rubiyanto dari FMIPA Universitas Islam Indonesia dan diikuti pegawai Balai Konservasi Borobudur yang berjumlah 14 orang .
Acara dimulai dengan paparan dari Fransiska Dian Ekarini sebagai ketua tim kajian. Beliau memaparkan latar belakang pemilihan judul, beberapa penjelasan singkat tentang agen perusak kertas serta alasan pemilihan bahan sereh wangi. Ditampilkan juga hasil pengamatan efektivitas minyak atsiri sereh wangi yang telah dilakukan selama beberapa hari yang lalu. Latar belakang pemilihan judul ini adalah karena di Balai Konservasi Borobudur terdapat arsip-arsip yang masuk ke dalam arsip Memory of The World. Arsip-arsip tersebut mayoritas berbahan kertas sehingga diharapkan dengan kajian ini dapat mencegah kerusakan arsip yang berkelanjutan. Beberapa agen perusak arsip yang ada di ruang arsip Balai Konservasi Borobudur diantaranya adalah rayap tanah (walau dalam jumlah yang sedikit), rayap kayu, silverfish, kecoa, kutu buku dan tikus. Sereh wangi ini digunakan sebagai bahan insektisida (pembunuh rayap) dan sebagai repellent (pencegah rayap). Dasar pemilihan bahan ini dikarenakan sereh wangi mudah didapat dan harganya terjangkau. Selain itu secara komposisi, sereh wangi memiliki komposisi yang komplek.
Setelah paparan dari ketua tim, ada beberapa catatan yang diberikan oleh nara sumber maupun peserta diskusi progress kajian. Diantaranya adalah melanjutkan pengamatan selama 15 hari kedepan. Kemudian melakukan pengujian pengaruh minyak terhadap arsip kertas dengan alat calorimeter. Dan meghitung kebutuhan bahan yang dibutuhkan sesuai dengan luas ruang arsip yang ada sehingga kajian ini merupakan kajian yang aplikatif yang dapat diterapkan untuk pelestarian cagar budaya terutama arsip.