Diskusi Pra Kajian Balai Konservasi Borobudur 2019
Senin (22/04/2019) Balai Konservasi Borobudur menyelenggarakan Diskusi Prakajian 2019. Kegiatan yang berlangsung hingga tiga hari kedepan dilaksanakan di Innside by Melia Hotel, Yogyakarta.
Kepala Balai Konservasi Borobudur, Tri Hartono membuka secara resmi kegiatan tersebut. Tri menyampaikan Balai Konservasi Borobudur memiliki sedikit perbedaan fungsi dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) yaitu pengembangan metode dan teknik konservasi. Selain itu juga pelaksanaan kajian konservasi terhadap aspek sipil, arsitektur, geologi, biologi dan kimia. Harapan dengan adanya diskusi pra kajian ini peserta dapat memberi masukan sehingga hal tersebut dapat membangun. “Hasil pengembangan metode ini akan diterapkan BPCB seluruh Indonesia, kemudian dievaluasi. Jika sudah kita ajukan PCBM untuk dilihat NSPK nya”, imbuhnya.
Pada Tahun 2019 Balai Konservasi Borobudur melaksanakan 9 kajian diantaranya:
- Kajian Sainttifikasi Metode Koservasi Berdasarkan Naskah Kuna Abad XVII-XVIII
- Kajian Pengaruh Bahan Konsolidan Lithium Silikat Untuk Konsolidasi Batu Andesit
- Kajian Pengaruh Getaran Kendaraan Bermotor Terhadap Bangunan dan Struktur Cagar Budaya
- Kajian Konsolidasi Fosil Menggunakan Resin Alam
- Kajian Pengendalian Tumbuhan Tingkat Tinggi (Ficus Sp.) Pada Candi Mendut
- Kajian Intepretasi Relief Gandavyuha di Candi
- Kajian Efektifitas Ekstrak Tanaman Sereh Wangi Sebagai Bahan Insektisida Pada Cagar Budaya Berbahan Kertas.
- Kajian Evaluasi Dampak Pemanfaatan di Warisan Dunia Borobudur
- Kajian Pudel Candi Borobudur
Ketua panitia Diskusi Prakajian sekaligus Koordinator Kelompok Kerja Kajian, Pengembangan dan laboratorium, Leliek menyampaikan bahwa kajian yang dilaksanakan setiap tahun merupakan fungsi dari pelaksanaan kajian konservasi. Prakajian sangat penting untuk menyusun rencana kajian yang rapi dan hasil yang lebih sempurna. Selain itu, masukan dari BPCB atau intansi lain yang sudah mengembangkan sangat diperlukan sehingga kajian tersebut disempurnakan.