Diskusi Bulanan “The Site of Training Course at Angkor Wat World Heritage Site”

IMG_4811_800x533

Kamis(24/03/16) Balai Konservasi Borobudur menyelenggarakan diskusi bulanan pengkayaan staf teknis dengan tema “The Site of Training Course at Angkor Wat World Heritage Site”. Kegiatan ini sebagai sarana berbagi ilmu dan pengalaman mengenai kegiatan pelatihan konservasi di Angkor Wat, Kamboja.

Paparan dibawakan oleh staf BK Borobudur Basuki Rachmat, Puji Santosa, dan Heri Yulianto. Mereka menceritakan berbagai pengalaman dalam pelatihan konservasi disitus Angkor Wat.

Dalam kegiatan itu mereka mendapat pengetahuan tentang pengenalan batu-batu alam (natural stone), pelapukan batuan, serta mapping kerusakan. Mereka menjelaskan bahwa terdapat 3 jenis batuan yang biasa dimanfaatkan untuk membuat cagar budaya yaitu batuan beku, sedimen dan metamorf.

Batuan beku terbagi menjadi 2 yaitu batu plutonic (intrusive) contohnya granite dan batu volcanic (ekstrusive) dengan contoh basalt. Batuan sedimen atau endapan dengan jenis clastic sediment ( contohnya batu pasir / sandstone), organoganic sediment (contohnya limestones), chemical sediment (contohnya gypsum, alabaster, salt). Sedangkan beberapa jenis batuan metamorf yaitu marble, gneis, schist, serpentinite dan phyllite.

Batuan beku digunakan di Candi Borobudur, Machu Pichu di Peru, dan lain sebagainya. Sedangkan batuan sedimen digunakan di piramid dan sphinx di Mesir, serta Metz Cathedral di Prancis. Batuan metamorf jenis marble digunakan oleh Michaelangelo Buonarroti untuk membuat patung Musa di katedral St. Petrus di Roma Italia. Selain itu batu jenis marble juga digunakan sebagai bahan dasar penyusun Taj Mahal India.

Selain itu mereka juga berkesempatan praktek membuat mortar untuk menutup permukaan cagar budaya yang mengalami retakan halus seperti rambut dan yang berlubang dengan cara injeksi atau mengisi bagian berongga.