Arsip Borobudur Sebagai Pengingat Pentingnya Pelestarian Cagar Budaya

banner2

Arsip Pemugaran Candi Borobudur yang kedua pada tahun 2016 ini akan diajukan sebagai Memory of the World. Pengakuan sebagai Memory of the World oleh UNESCO membuat Arsip Borobudur menjadi salah arsip yang memiliki arti penting dalam sejarah pelestarian Cagar Budaya di dunia.

UNESCO pada tahun 1992 meluncurkan Program Memory of the World (MoW) untuk mengatasi amnesia kolektif melalui pelestarian koleksi arsip dan perpustakaan di seluruh dunia. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa informasi tentang arsip tersebut terdistribusi dengan baik. Selain itu program ini untuk bertujuan melindungi warisan budaya dalam bentuk dokumen dan  membantu jejaring ahli untuk saling bertukar informasi dan mendapatkan sumberdaya serta akses menuju material dokumen.

Balai Konservasi Borobudur  menyimpan arsip Proyek Pemugaran Borobudur (1973 – 1983) dalam jumlah yang besar. Arsip tersebut merupakan data penunjang terkait dengan Nilai Universal Luar Biasa dari Kompleks Candi Borobudur, terutama menjelaskan mengenai otentisitas.

Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid dalam video speech yang diperdengarkan dalam pembukaan Workshop Finalisasi Dokumen Nominasi Arsip Borobudur Sebagai Memory of The World dan Pameran Arsip Borobudur Menuju Memory of The World mengatakan bahwa  Candi Borobudur merupakan monumen besar yang selama berdekade dikunjungi wisatawan dari berbagai tempat. Candi Borobudur sudah lekat dalam pandangan publik namun yang masih sedikit diketahui proses pelestarian yang dilakukan hingga mampu berdiri kokoh saat ini.

Koleksi arsip Pemugaran Candi Borobudur yang kedua mempunyai signifikansi secara internasional karena mencakup catatan dari salah satu proyek pelestarian internasional terbesar yang dihasilkan dari sebuah kampanye intenasional pada tahun 1960-an. Hali ini dilakukan untuk melindungi situs cagar budaya yang dianggap mempunyai nilai penting bagi dunia. Kampanye ini, termasuk didalamnya adalah Proyek Pemugaran Borobudur, merupakan salah satu pijakan dalam perumusan Konvensi Perlindungan Warisan Budaya dan Alam Dunia, yang dilaksanakan oleh UNESCO pada tahun 1972.

Selain itu arsip ini memiliki nilai penting karena Borobudur merupakan proyek pertama yang didalamnya menggunakan teknik modern bagi kegiatan konservasi sebuah monumen budaya. Arsip ini menunjukkan perkembangan ilmu konservasi terkini yang digunakan untuk menemukan solusi bagi permasalahan konservasi yang ada.

Salah satu agenda yang diharapkan Hilmar Farid setelah proses pengajuan Arsip Borobudur sebagai  Memory of the World  adalah memikirkan secara mendalam untuk menyebarkanluaskan arsip ini kepada masyarakat dalam berbagai bentuk, sehingga bisa dimanfaatkan publik secara luas dan memperlihatkan kepada masyarakat luas bahwa proses pelestarian tidak mudah. Banyak investasi yang dilakukan seperti sumber daya manusia, finansial, organisasi, dan perencanaan sehingga tumbuh kesadaran dan mengingatkan masyarakat mengenai pentingnya pelestarian Cagar Budaya.