Apel Memperingati Hari Purbakala Indonesia ke-103

apel_800x533

Memperingati Hari Purbakala Indonesia ke-103 yang jatuh pada tanggal 14 Juni 2016, Balai Konservasi Borobudur menyelanggarakan apel bersama seluruh karyawan di halaman BK Borobudur. Apel dipimpin langsung oleh Kepala BK Borobudur, Marsis Sutopo yang membacakan sambutan Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman,

Dalam sambutannya disampaikan 103 tahun Purbakala Indonesia merupakan usia yang cukup panjang bagi perjalanan sebuah ilmu dan lembaga yang terkait dengan bidang kepurbakalaan. Arkeologi sebagai ilmu mulai muncul dan berkembang pada abad ke-18 di Eropa. Di Indonesia benih-benih munculnya arkeologi dipelopori para kolektor, di antaranya GE Rumphius (1628-1702) dan Raden Saleh (1814-1880).

Lembaga yang menangani peninggalan purbakala lahir pada awal tahun 1900-an, tepatnya pada tanggal 14 Juni 1913 dengan nama Oudheidkundige Dienst in Nederlandsch Indie atau Jawatan Purbakala, yang dipimpin oleh seseorang berkebangsaan Belanda, bernama N.J. Krom. Lembaga inilah yang kemudian secara sistematis melakukan upaya pelestarian terhadap benda-benda purbakala. Lembaga yang telah menginjak usia 103 tahun ini, dalam perjalanan mengalami berkali-kali pergantian nama tetapi tetap untuk tujuan pelestarian, yang meliputi aspek pelindungan, pengembangan dan pemanfaatan.

Mengacu kepada visi Pembangunan Kebudayaan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, yaitu Terwujudnya Kebudayaan yang Mandiri dan Bermartabat, maka kebudayaan Indonesia harus memiliki kemampuan  untuk berkembang dan beradaptasi serta berkontribusi  dalam membangun peradaban sehingga diakui keberadaannya, diapresiasi serta dibanggakan oleh masyarakat Indonesia maupun dunia Internasional sekaligus mampu menjaga derajat dan citra serta posisi bangsa dalam  pergaulan dunia.

Untuk itu diperlukan kerja keras, kerja cerdas, dan ikhlas atau tanpa pamrih. Berbagai upaya dilakukan Direktorat Jenderal Kebudayaan beserta jajaran seperti pengembangan sumber daya manusia (SDM) baik kegiatan pelatihan dan bimbingan teknis, fasilitasi beasiswa untuk tingkat magister di bidang arkeologi, sejarah, antropologi dan museologi baik di dalam negeri maupun luar negeri, sertifikasi untuk memenuhi kebutuhan Tenaga Ahli Cagar Budaya (TACB) baik di tingkat Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah.

Secara fisik upaya untuk meningkatkan pelestarian Cagar Budaya secara konsisten dilaksanakan oleh Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman jajarannya berupa kegiatan Revitalisasi Museum dan Cagar Budaya terhadap 51 museum dan 13 Cagar Budaya. Selain itu juga telah dan sedang dibangun 14 museum di berbagai wilayah Indonesia. Pembangunan museum ini dilakukan tidak hanya untuk memdokumentasikan dan memamerkan warisan budaya, tetapi menyediakan ruang pembelajaran bagi masyarakat yang menyenangkan.

IMG_6054_800x533 IMG_6066_800x533 IMG_6038_800x533

1_800x533