Sebagian besar masyarakat ketika mendengar kata tradisi hanya terpikirkan pada sesuatu yang berurusan dengan masa lalu. Lebih parahnya mereka menganggap tradisi hanya sebatas romantisasi atas kegagalan menyambut masa depan.
Pada kenyataannya masyarakat sering lupa bahwa banyak kemajuan yang kita perolehan hari ini setengahnya berisi hutang pada kebudayaan masa lalu.
Hal inilah yang menjadi paparan Supriyanto GS atau yang lebih dikenal Prie GS dalam Sarasehan Permainan Tradisional Anak, Sabtu (09/08/15) di Hotel Pandanaran Semarang, Jawa Tengah.
Menurutnya tradisi adalah pengetahuan yang tidak cuma diketahui tetapi juga dihayati. Tradisi memiliki keberadaan yang kuat karena penghayatan atas pengetahuan menjelma menjadi kearifan. Penghancuran kepada tradisi akan membuat sebuah suku, masyarakat, bahkan negara akan kehilangan identitasnya.
Menurut Prie GS, banyak permainan tradisional yang mengandung nilai-nilai yang menakjubkan. Salah satunya permainan tradisional anak-anak Jawa, Jamuran yang mampu memberikan pengetahuan luar biasa. Permainan yang bergerak melingkar mengeksplorasi konsep lingkaran ini sangat produktif untuk menarik kecerdasan spontanitas anak sekaligus kepekaannya. Anak-anak bergerak melingkar sambil bernyanyi dan pada saat-saat tertentu menghentikan nyanyiannya untuk berjongkok secara spontan, siapa yang gagal berjongkok akan menjadi pihak yang terhukum. Ia dianggap mengganggu harmoni yang tidak tunduk kepada orbit yang telah ditentukan sebagai salah satu syarat keselarasan dalam tata surya.
Secara inter-personal jamuran menjadi perekat sosial yang menakjubkan. Salah satu syarat permaianan ini para pemain harus saling bergandengan tangan sehingga setiap anak yang pada awalnya bertengkar dan saling menjaga jarak menjadi berteman kembali tanpa gengsi yang menghalangi mereka.
Prie GS menekankan bahwa sebuah bangsa yang gagal merawat tradisi, ia akan berubah menjadi bangsa yang tidak terawat.