Pembuatan Film Dokumenter Kaleidoskop Lembaga Kepurbakalaan
Dalam rangka peringatan Hari Purbakala ke-106 tahun 2019 Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Direktorat Jenderal kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melaksanakan pembuatan film dokumenter kaleidoskop lembaga kepurbakalaan. Pembuatan film dokumenter mengambil gambar di area Kawasan Cagar Budaya Prambanan, Kawasan Cagar Budaya Borobudur, dan Kawasan Yogyakarta.
Kepala Balai Konservasi Borobudur, Tri Hartono menjadi salah satu narasumber. Materi yang disampaikan adalah tugas dan fungsi Balai Konservasi Borobudur serta sejarah pendiriannya.
Balai Konservasi Borobudur sendiri merupakan unit pelaksana teknis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Tugas pokok dan fugsinya di bidang konservasi dan pelestarian Candi Borobudur, Candi Pawon, Candi Mendut, dan Kawasan Cagar Budaya Borobudur. Untuk menangani Candi Borobudur yang telah selesai dipugar memerlukan perawatan, pengamatan dan penelitian terus menerus. Oleh karena itu, maka pada tahun 1991 berdirilah Balai Studi dan Konservasi Borobudur.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor : PM.40/OT.001/MKP-2006 tanggal 7 September 2006 berubah namanya menjadi Balai Konservasi Peninggalan Borobudur. Pada tahun 2011 bidang kebudayaan kembali bergabung ke dalam Kementerian Pendidikan Nasional yang kini menjadi Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan. Berdasarkan peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 55 Tahun 2012 kembali berubah nama menjadi Balai Konservasi Borobudur.
Awalnya Balai Konservasi Borobudur merupakan Centre for Borobudur Studies yang berfungsi sebagai pusat pendidikan dan pelatihan tenaga teknis dalam bidang konservasi dan pemugaran. Beberapa fasilitas pendukung dan tenaga teknis yang menguasai bidang pelestarian, khususnya pemugaran dan konservasi, mengantarkan Balai Konservasi Borobudur menjadi pelaksana pelatihan tenaga teknis konservasi dan pemugaran untuk institusi tingkat nasional dan internasional. Di samping itu Balai Konservasi Borobudur juga membantu konservasi peninggalan sejarah dan purbakala di seluruh Indonesia, bahkan di negara Asia Tenggara.
Balai Konservasi Borobudur memiliki laboratorium kimia, mikrobiologi, fisik/petrografi, dan SEM (scaning electron microscope) dan laboratorium lapang. Keberadaan laboratorium ini untuk mengembangkan berbagai metode konservasi dan kajian konservasi baik dari batu, bata, kayu, dan lainnya. Selain itu juga digunakan untuk uji coba bahan konservasi sebagai bahan pengganti yang lebih aman, efektif dan efisien. Bahan-bahan yang telah diuji direkomendasikan untuk pelaksanaan konservasi benda cagar budaya di Indonesia.