Kamis (28/08/14), Balai Konservasi Borobudur menyelenggarakan Seminar 200 Tahun Penemuan Candi Borobudur dan Peluncuran Buku Trilogi Borobudur di Grand Artos Aerowisata Hotel dan Convention Magelang, Jawa Tengah. Seminar tersebut dalam rangka memperingati 200 Tahun penemuan Candi Borobudur oleh Thomas Stanford Rafflestahun 1814 yang terkenal dalam bukunya History of Java.
Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Harry Widianto dalam sambutannya mewakili Dirjen Kebudayaan mengatakan bahwa ada tiga hal penting yang harus menjadi pikiran bersama kita dalam memaknai 200 tahun penemuan borobudur ini. Pertama, Candi Borobudur sebagai rahmat yang diberikan oleh Tuhan YME sebagai sebuah warisan budaya yang masih bisa kita nikmati hingga saat ini. Kedua, apakah konservasi terhadap Candi Borobudur yang kita laksanakan saat ini sudah tepat. Menjadi perenungan bersama bagaimana kita mencoba mengevaluasi pelestarian yang telah kita lakukan. Ketiga, bagaimana Candi Borobudur mampu memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar. Seperti kita ketahui Candi Borobudur menjadi aset nasional, sehingga perlu kita pikirkan bersama bagaimana Candi Borobudur mampu memberi manfaat kepada masyarakat.
Kepala Balai Konservasi Borobudur, Marsis Sutopo menyampaikan bahwa tahun ini merupakan 200 Tahun sejak ditemukannya Candi Borobudur oleh Raffles. Dalam peringatan ini Balai Konservasi Borobudur bekerja sama dengan PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko serta Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Magelang menyelenggarakan berbagai kegiatan seperti seminar, seni pertunjukan, sepeda santai, lomba-lomba, dan pasar rakyat. Semua kegiatan dilaksanakan agar masyarakat bisa secara langsung merasakan manfaat dari Candi Borobudur.
Dalam kesempatan tersebut diluncurkan Buku Trilogi 100 Tahun Pascapemugaran Candi Borobudur yang telah selesai disusun sejak tahun 2010. Trilogi tersebut berisi 3 buah buku dengan judul Menyelamatkan Kembali Candi Borobudur, Dekonstruksi dan Rekonstruksi Candi Borobudur, dan Candi Borobudur dalam Multiaspek.
Seminar 200 Tahun Penemuan Candi Borobudur mengangkat tema”Memaknai Kembali Candi Borobudur”. Dalam seminar tersebut hadir beberapa narasumber: Dr. Harry Widianto (Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman), Prof. Dr. Edi Sedyawati (Mantan Direktur Jenderal Kebudayaan), Drs. Hari Untoro Drajat, M.A.(Staf Ahli Menteri Bidang Perlindungan Keanekaragaman Karya Kreatif Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif),Dr. I.G.N. Anom (Mantan Direktur Jenderal Kebudayaan), Prof. Dr. Mundarjito (Guru Besar jurusan Arkeologi, Universitas Indonesia),Prof. Dr. Totok Roesmanto (Guru Besar Arsitektur Universitas Diponegoro), Habib Chirzin(President of the Islamic Forum for Peace and Development), Dr. Laretna T. Adhisakti (Jurusan Arsitektur Universitas Gadjah Mada), dan Dr. Titin Fatimah, S.T., M.Eng. (Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tarumanegara)