Senin (11/08/2014), Balai Konservasi Borobudur menyelenggarakan kegiatan Workshop Konservasi Cagar Budaya Berbasis Kearifan Tradisional di Sahid Rich Hotel, Yogyakarta.
Kegiatan ini diikuti 63 peserta yang berasal dari UPT Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, beberapa perwakilan dari Universitas dan Dinas Daerah yang membawahi Kebudayaan di Indonesia.
Kepala Balai Konservasi Borobudur, Marsis Sutopo dalam sambutannya menyampaikan bahwa workshop ini sebagai langkah awal untuk mengembangkan konservasi berbasis tradisional, baik dari bahan konservasi maupun teknologi pengerjaannya.
Ilmu pengetahuan nenek moyang kita sebenarnya telah maju, sebagai contoh pengawetan ikan (ikan asin) dan pengawetan daging (dendeng). Namun pengetahuan tersebut belum disertai dengan kajian secara ilmiah maka masih dianggap sebagai ilmu tradisional, sehingga berbekal dari workshop ini menjadi pijakan awal untuk melaksanakan kajian dan eksperimen di laboratorium mengenai konservasi cagar budaya berbasis kearifan tradisional.
Marsis mengungkapkan bahwa saat ini penerapan teknologi tinggi dalam pengembangan konservasi cagar budaya bisa dilaksanakan, sebagai contoh tahun ini baru saja dilaksanakan seminar tentang konservasi berbasis nuklirdilakukan di Srilangka. Selain itu dia juga menyampaikan bahwa tahun ini bertepatan dengan 200 tahun penemuan Candi Borobudur, sehubungan dengan hal tersebut Balai Konservasi Borobudur akan melaksanakan kegiatan Seminar Nasional dengan tema Memaknai Candi Borobudur.
Mengawali kegiatan Workshop Konservasi Cagar Budaya Berbasis Kearifan Tradisional di hari pertama presentasi dari Marsis Sutopo tentang Profil Balai Konservasi Borobudur. Selanjutnya pemaparan Roadmap Kajian Balai Konservasi Borobudur oleh Nahar Cahyandaru dan Pengembangan Laboratorium Balai Konservasi Borobudur oleh Ari Swastikawati.