Jawaban dari perdebatan ini ternyata dapat ditemukan dalam Serat Centhini. Penulisan naskahnya diinisasi oleh Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom Amangkurat III, yang diangkat menjadi raja Kasunanan Surakarta Hadiningrat pada tahun 1830 dengan gelar Paku Buwana IV pada tahun 1820. Tertulis bahwa penyusunan Serat Centhini dimulai pada Sabtu Pahing, 26 Suro 1742 (1814 M), namun sayangnya tidak disebutkan kapan selesai disusun. Terkait dengan pembahasan di artikel ini, perlu kiranya dikutip perjalanan Mas Cebolang di Kanto 105, paragraph 9 dan 10:
Kanto 105:
. . .
- Mas Cebolang angandika, paran darunane kuwi, reca agung tur neng puncak, teka tan langkep in warna, yen pancen durung dadi, iku banget mokalipun, baya pancen jinarag, embuh karepe kang kardi, mara pada udakaranen ing driya.
- Santri catur aturina, kawula sami tan bangkit, (ng)gayuh karsane kang yasa, Nurwitri turira aris, kakang tan uwis-uwis (ng)gonku dheleg-dheleg gumun, miyat kang gambar-gambar, kang aneng sela raringgit, garap remit tuhu bangkit kang ayasa.
. . .
Paragraf tersebut dapat diartikan secara bebas sebagai berikut:
- Mas Cebolang berkata: “Apakah kiranya alasan sebuah arca yang besar, dan nota bene berada di puncak, tidak selesai dipahat. Jika memang tidak diselesaikan, tampaknya tidak mungkin. Aku benar-benar tidak tahu mengenai tujuan sang pemahat. Mari dipikirkan bersama”.
- Keempat temannya menjawab: “Kami tidak dapat mengira kemauan sang pemahat”. Nurwitri berkomentar: “Kakang, aku tidak bisa berhenti mengagumi gambar-gambar, disusun seperti wayang dan dipahat dengan detail. Sang pemahat pasti mempunyai kemampuan yang sangat tinggi”.
Dengan mempertimbangkan situasi Candi Borobudur dan Candi Mendut yang dituangkan kedalam Serat Centhini dan membandingkannya dengan tulisan Raffles dan laporan Hartmann, maka dapat kiranya disimpulkan bahwa deskripsi Candi Borobudur dalam Serat Centhini merupakan kondisi candi pada sekitar tahun 1820an. Maka dari itu, semoga bukti terbaru yang ditemukan didalam Serat Centhini ini dapat perdebatan dan keraguan lebih lanjut tentang lokasi asli dari arca unfinished Buddha di Candi Borobudur.