Vredeburg ‘sesepuh’ bangunan Indische di Yogyakarta

DSC_0508

Berada di pusat kota Yogyakarta dan berdampingan dengan bangunan historikal lainnya tidak membuat eksisitensi benteng yang sudah berumur lebih dari 250 tahun ini memudar. Kompleks bangunan dengan gaya Arsitektur Indis ini menunjukkan bahwa ada percampuran unsur-unsur budaya Barat khususnya Belanda dengan budaya Indonesia khususnya Jawa. Benteng Vredeburg merupakan ‘generasi’ pertama bangunan Indis di Yogyakarta, yang mulai dibangun pada tahun 1760 dan renovasi pasca gempa pada tahun 1867. Sebagai bangunan yang dibangun pada 2 abad sebelum bangunan kolonial disekitarnya, Benteng Vredeburg memiliki gaya bangunan yang berbeda, seperti Gedung BNI, Kantor Pos Indonesia dan Gedung Bank Indonesia.

Sebagai ‘sesepuh’ bangunan Indische di Yogyakarta, selain fungsi bangunan yang berbeda, Benteng Vredeburg memiliki ciri khas tersendiri dari bangunan kolonial disekitarnya yang dibangun pada awal abad 19. Vredeburg dibangun pada pertengahan abad 17, dimana pada masa itu Arsitektur Kolonial Belanda yang sedang berkembang mulai menyesuaikan arsitektur dengan iklim setempat. Sehingga penggunaan rumah tradisional Jawa yang dilihat sudah beradaptasi dengan lingkungan setempat digunakan sebagai tipologi bangunan Belanda dengan penambahan elemen-elemen ciri khas arsitektur Belanda seperti jendela besar, tembok yang tebal dan pintu sebagai identitas si empunya bangunan. Pada bangunan pengapit utara dan selatan dan gerbang sebelah barat, juga masih terlihat gaya Arsitektur Yunani pada masa Reinasance (yang berjaya pada abad 15 sampai abad 17). Sedangkan pada bangunan gedung BNI, Kantor Pos, dan Gedung Bank lndonesia, arsitektur yang berkembang (dibawa oleh Daendles) merupakan arsiektur kolonial modern (sedang berkembang pada abad 20 di Eropa) yang sudah disesuaikan dengan iklim, teknologi dan bahan setempat. Bangunan yang terlihat lebih modern, dan fungsi perkantoran menjadikan Benteng Vredeburg terlihat berbeda dari bangunan kolonial disekelilingnya. Selain sebagai markas pertahanan Belanda, Vredeburg menjadi saksi dan menyimpan cerita perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah.

Vredeburg merupakan saksi perjuangan bangsa Indonesia dalam perjuangan melawan pejajah Belanda, Inggris, dan Jepang. Bangunan ini pada awalnya dimanfaatkan sebagai benteng pertahanan, markas, gudang senjata dan tempat tahanan. Ide gagasan pemugaran benteng dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantara pada tahun 1948 dengan pertimbanan agar benteng dapat dimanfaatkan pada masa ke depan. Tujuan dari pemugaran Benteng Vredeburg yaitu memanfaatkan bangunan sebagai fungsi baru yang dapat memberikan  informasi  dan aspirasi perjuangan nasional bagi generasi mendatang. Maka pasca tahun 1979 dengan kondisi Benteng Vredebug yang memprihatinkan dan tidak difungsikan sehingga terjadi kerusakan pada elemen-elemen ruang, pada tahun anggaran 1985/1986 pemugaran Benteng Vredeburg diarahkan untuk fungsi baru yaitu sebagai museum khusus yang memberikan informasi dan aspirasi perjuangan nasional, khususnya perjuangan kemerdekaan yang terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Pada perkembangannya, dalam upaya pelestarian dan perawatan bangunan Benteng Vredeburg, bangunan dimanfaatkan sebagai objek wisata heritage (heritage tourism) sebagai Museum, dimana kompleks Benteng Vredeburg itu sendiri berfungsi sebagai daya tarik masyarakat dan turis-turis luar. Tanpa merubah kondisi fisik, kawasan benteng masih menunjukkan bentukan asli bangunan. Perubahan pada bangunan terkait pada penataan interior yang difungsikan sebagai ruang diorama, perkantoran, ruang preservasi dan guest house. Beberapa penataan lansekap pada ruang luar juga dikembangkan agar dapat menjadi penunjang bagi Benteng Vredeburg yang menjadi obyek wisata.