Road Show “Jaran Kepang Dor-Bantengan” Memukau Wisatawan Nol Kilometer

 

Yogyakarta, 14 November 2015. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batu Jawa Timur menggelar acara road show dalam rangka sosialisasi kebudayaan kesenian asal Jawa Timur. Kegiatan yang berlangsung selama satu hari pada hari Sabtu (14/11) di Plaza Monumen Serangan Oemoem Satoe Maret 1949 Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta. Pihak Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batu memilih kota Yogyakarta sebagai tempat pelaksanaan kegiatan dikarenakan Yogyakarta merupakan kota budaya dan masyarakat Yogyakarta yang kompleks berasal dari seluruh daerah di Indonesia maupun wisatawan mancanegara.

Jaran Kepang Dor merupakan salah satu jenis kesenian jaran kepang yang berkembang di Kota Baru. Kesenian ini dimiliki oleh masyarakat petani yang banyak terdapat di Kota Batu. Kesenian ini merupakan bagian yang tak terpisahkan di berbagai kegiatan adat di wilayah kampung-kampung Kota Batu, seperti bersih desa, pesta pernikahan dan lain-lain.  Jaran Kepang Dor tak terpisahkan dari “trance” atau kesurupan roh-roh di alam bebas yang merasuki tubuh penari Jaran Kepang Dor. Ritual ini diawali dengan membakar kemenyan, dupa, menyiapkan kembang tujuh rupa dan beragam benda pelengkap upacara “klenik”.

Seni tradisional Bantengan merupakan sebuah pertunjukan budaya tradisi yang menggabungkan unsur sendra tari, olah kanuragan, musik, dan syair/mantra yang sangat kental dengan nuansa magis. Kesenian ini telah lahir sejak Zaman Kerajaan Singhasari (Situs Candi Jago Tumpang) dan sangat erat kaitannya dengan Pencak Silat walaupun sekarang koreografi-nya  telah banyak perubahan yang lebih mengadopsi dari gerakan kembangan Pencak Silat. Seni Bantengan adalah seni komunal yang artinya kesenian ini melibatkan banyak orang sesuai sifat banteng yang suka berkoloni. Semangat yang dikandung dapat dimaknai untuk selalu hidup dalam keguyuban, gotong royong, dan menjunjung tinggi rasa persatuan dan kesatuan.

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batu Jawa Timur bersama rombongan lebih dari 60 orang meramaikan pertunjukan seni yang diusungnya. Antusias para pemain mengalahkan rasa capek setelah menempuh perjalanan lebih dari 12 jam karena macetnya lalu lintas dari Kota Batu ke Yogyakarta.

Pertunjukan kesenian asal Jawa Timur ini berlangsung dari pukul 14:00-20:45WIB dengan selang waktu istirahat, dan mampu menarik perhatian masyarakat dan wisatawan. Hal itu terbukti meskipun area nol kilometer masih ditutup dalam rangka revitalisasi dan hanya bisa diakses pejalan kaki, tampak pengunjung memenuhi Selasar Plaza Monumen Serangan Oemoem Satoe Maret dan beberapa pengunjung dari luar pagar. Kesuksesan acara ini menjadi perhatian dinas penyelenggara untuk menyelenggarakan lagi sosialisasi kesenian lain asal Kota Batu Jawa Timur.