Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta merupakan sebuah museum khusus sejarah perjuangan nasional bangsa Indonesia di Yogyakarta. Museum yang menempati bangunan bersejarah Benteng Vredeburg tersebut, secara resmi menjadi UPT dilingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor : 0475/0/1992 tanggal 23 November 1992, dengan nama Museum Benteng Yogyakarta.
Dalam perkembangannya setelah melalui proses pergantian institusi yang menaunginya, berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor : 34 Tahun 2015, tanggal 9 Oktober 2015, tentang Organsasi dan Tata Kerja Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta, disebutkan bahwa Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta adalah unit pelaksana teknis di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta mempunyai tugas melaksanakan pengkajian, pengumpulan, registrasi, perawatan, pengamanan, penyajian, publikasi, dan fasilitasi di bidang benda dan sejarah perjuangan bangsa Indonesia di wilayah Yogyakarta.
Selama belum ada perubahan, visi dan misi Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta tahun 2015, masih mengacu Renstra (Rencana Strategis Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta Tahun 2010 – 2014). Visi Museum Benteng Vredeburg adalah ”Terwujudnya peran museum sebagai pelestari nilai sejarah dan kejuangan Rakyat Indonesia di Yogyakarta dalam mewujudkan NKRI”. Misi Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta, antara lain 1) Mewujudkan peran museum sebagai pelestari benda-benda peninggalan sejarah perjuangan bangsa Indonesia di Yogyakarta. 2) Mewujudkan peran museum sebagai sumber informasi sejarah perjuangan rakyat Indonesia di Yogyakarta. 3) Mewujudkan peran museum sebagai media pendidikan non formal bagi pengembangan ilmu pengetahuan sejarah dengan nuansa edutainmen. 4) Mewujudkan museum sebagai wahana peningkatan apresiasi masyarakat terhadap nilai-nilai luhur yang terkandung dalam semangat juang rakyat Indonesia di Yogyakarta.
Untuk dapat mewujudkan apa yang menjadi visi dan misi tersebut, museum harus dikunjungi oleh masyarakat. Pesan-pesan yang disampaikan oleh museum harus sampai kepada masayarakat. Supaya museum dapat menarik masyarakat untuk dapat mengunjunginya maka museum memerlukan adanya kegiatan yang memiliki kekuatan untuk mengundang masyarakat untuk berkunjung. Salah satu kegiatan tersebut adalah diselenggarakannya Pasar Malam Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta.
Diselenggarakannya kegiatan Pasar Malam Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta, disamping sebagai usaha agar masayarakat mau berkunjung ke museum, juga untuk melengkapi keberadaan wisata malam di Yogyakarta yang memiliki kekuatan mendidik dan menghibur. Pasar Malam museum berusaha menangkap waktu luang masyarakat yang telah penat melaksanakan aktivitas pekerjaan sehari penuh. Pasar malam Museum diharapkan dapat menjadi media pemenuhan kebutuhan hiburan malam yang sekaligus berorientasi pada pendidikan yang menyenangkan.
Pasar Malam Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta akan diselenggarakan pada tanggal 27 November – 3 Desember 2015. Tema yang diangkat dalam kegiatan ini adalah “Museum Sebagai Wahana Wisata Malam Yang Mendidik dan Menyenangkan”. Di saat Yogyakarta sarat akan wahana hiburan yang buka pada malam hari, namun masih minim yang berorientasi pada pada wisata malam yang mendidik dan menyenangkan. Dari situlah maka kegiatan Pasar Malam Museum ini berusaha menjawab hal tersebut.
Sasaran dari kegiatan ini adalah masyarakat umum, khususnya kaum remajanya. Dengan berkunjung pada pasar malam museum tersebut, diharapkan kaum remaja Yogyakarta pada khususnya dan pengunjung pada umumnya benar-benar terhibur dan terinspirasi untuk berkarya positif untuk mengisi kemerdekaan. Beberapa tampilan yang disajikan di pasar malam museum ini, diharapkan dapat menginspirasi pengunjung untuk dapat mempersembahkan karya terbaiknya bagi nusa dan bangsa.
Pasar malam museum ini, disamping memberikan wahana hiburan malam bagi masyarakat, juga memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk mengapresiasai museum dengan cara mereka. Apresiasi masyarakat terhdap museum dapat berupa pentas seni tradisional (jathilan, barongsai, angguk, badui, topeng ireng, dan lain-lain), seni tari kisah kepahlawanan, pentas musik koesplus, pentas musik keroncong, serta pentas seni misik etnis lainnya. Hal itu untuk membuka mata masyarakat bahwa museum tidak hanya dapat diapresiasi oleh masyarakat dan dikaitkan dengan pengamatan terhadap benda-benda kuno saja. Namun masyarakat dapat mengapresiasinya sebagai bentuk tanggung jawab moral untuk meramaikan museum, agar museum dapat dikunjungi masyarakat dan masyarakat dapat menerima pesan yang disampaikan oleh museum melalui koleksi-koleksi yang disajikannya. Disamping itu, para komunitas mitra museum juga turut menyemarakkan kegiatan ini dengan keterlibatannya sebagai partisipan pameran. Untuk memberikan kesan bahwa museum juga merupakan sahabat anak yang menyenangkan, maka pada pasar malam museum ini dilengkapi dengan wahana permainan dan hiburan anak yang menarik.
Pasar malam museum memang sarat dengan kegiatan ekonomi masyarakat, seperti hadirnya para penjual barang-barang. Namun dibalik itu, museum tetap memberikan sentuhan kuratorial. Pesan apa yang disampaikan dengan hadirnya pegiat-pegiat ekonomi tersebut. Paling tidak nilai-nilai dan semangat untuk hidup kreatif dalam mengisi kemerdekaan, adalah merupakan pesan yang dapat diambil dari munculnya pasar malam museum ini. Perlu kami samapaikan bahwa salah satu kegagalan sebuah museum, adalah museum ditinggalkan pengunjungnya. Dan salah satu usaha agar museum tidak ditinggalkan oleh pengunjungnya adalah museum harus kreatif. Salah satu bentu kreatifitas museum adalah penyelenggaraan pasar malam museum ini.
Dengan dihadiri Dr. Harry Widianto selaku Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Direktorat Jenderal Kebudayaan sekaligus membuka acara Pasar Malam Museum.