Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta Menerima Hibah Koleksi Berupa “Buku Saku Laskar Hizboellah”

sertikol1

Laskar Hizboellah dibentuk pada akhir penduudukan Jepang di Indonesia. Laskar Hizboellah merupakan laskar yang berada dibawah organisasi Masyumi. Mereka yang tergabung dalam laskar ini mendapat latihan kemiliteran. Pemimpin yang cukup berperan dalan laskar Hisbullah adalah para kyai. Laskar Hizboellah termasuk laskar rakyat yang paling kuat, dan memiliki perang yang besar dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan.

Berawal dari penggalian informasi koleksi “Patung Hizboellah” milik Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta (pengadaan koleksi tahun 2014), tim kurator museum melakukan penelusuran di kampung Kauman Yogyakarta. Kampung Kauman merupakan komplek yang kental Islamnya, secara kebetulan tim kurator Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta bertemu dengan Ibu Hj. Uswatun Chasanah (putra dari KRH Hadjid salah satu anggota laskar Hizboellah dari Yogyakarta).

Sabtu, 26 Desember 2015 lalu, Ibu Hj. Uswatun Chasanah putri dari KRH Hadjid beserta putranya Agus S Djamil, menyerahkan peninggalan Buku Saku Asykar Perang Sabil (APS)-Hizbullah milik salah satu murid termuda KHA Dahlan sekaligus Komandan Asykar Perang Sabil tersebut, kepada Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta.

sertikol    sertikol2 sertikol3

Serah terima koleksi dilakukan oleh Hj. Uswatun Chasanah selaku wakil dari keluarga bapak KRH Hadjid dengan Dra. Zaimul Azzah, M.hum selaku kepala Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta. Sebagai dokumen pendukung  serah terima tersebut diterbitkan Berita Acara Serah Terima Koleksi No.1520/TU/M5/2015 berisi keterangan hibah buku saku milik  bapak KRH Hadjid yang kemudian akan diangkat menjadi koleksi milik Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta.

Buku saku tersebut disusun oleh Kyai Hadjid pada tahun 1944 untuk anggota Laskar Asykar Perang Sabil ini dinilai menyimpan semangat juang yang tinggi. Bahkan dirasakan sendiri olehnya bahwa bagaimana nilai-nilai semangat berlandaskan tuntunan Al-Qur’an dan Hadist di dalamnya dapat mendorong generasi muda yang tergabung dalam APS saat itu untuk turun ke medan perang memperjuangkan kemerdekaan.

“Buku kecil ini adalah sebagai bukti bahwa para ulama dan khususnya umat Islam pada saat itu dengan tekad yang begitu besar mampu menjadi pelopor dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia,” papar Hj. Uswatun Chasanah.

Buku Saku ini telah menjadi salah satu pegangan atau acuan tentara APS ketika hendak turun ke medan perang. Berisi doa-doa serta amalan-amalan yang memandu para tentara sebelum ataupun saat berperang, pokok-pokok serta azas berperang bagi tentara, dan arahan-arahan tentang gerakan tentara serta bagaimana jiwa dan semangat yang seharusnya dimiliki seorang tentara saat berjuang. Buku saku tersebut diberikan kepada setiap anggota laskar. (sumber pendukung :Thari-suaramuhammadiyah)