Karnaval Museum Mengawali Festival Museum 2015

karnaval-vredeburg

Yogyakarta, 14 Oktober 2015. Dalam rangka menyambut Hari Nasional Museum Indonesia yang pertama (12 oktober 2015), Dinas Kebudayaan Yogyakarta bersama museum-museum anggota BARAHMUS DIY menyelenggarakan Festival Museum 2015 dengan tema Museum for Edutoursm. Rangakaian kegiatan Festival Museum ini diawali dengan kegiatan Karnaval Museum yang dilaksanakan (14/10) satu hari sebelum pembukaan pameran bersama museum-museum anggota BARAHMUS DIY.

Museum Benteng Vredeburg berpartisipasi dalam Karnaval dengan menampilkan mobil hias berbentuk LOKO Kereta Api yang dinaiki beberapa orang termasuk Sukarno-Hatta dan mobil willys, dengan seorang petugas yang membawa PATAKA. Ilustrasi narasi dari Karnaval Museum Benteng Vredeburg menceriterakan pada Tahun 1946 situasi Jakarta makin tidak aman, pembunuhan dan penculikan hamper terjadi setiap hari, termasuk terhadap Perdana Menteri Sutan Syahrir dan Amir Syarifuddin oleh tentara NICA. Ditambah lagi adanya pendaratan pasukan marinir Belanda yang mendarat di Tanjung Priok tanggal 30 Desember 1945, menyebabkan Jakarta semakin tidak aman. Maka pada tanggal 4 Januari 1946 Presiden Sukarno dan wakilnya Mohammad Hatta pindah ke Yogyakarta dengan menggunakan kereta api. Lalu diikuti pindahnya instansi-instansi dan jawatan pemerintah lainnya. Setibanya di stasiun Tugu Yogyakarta banyak orang yang menyambut kedatangan beliau “Selamat Datang Presiden dan Rombongan di Yogyakarta….MERDEKA”. Sultan HB IX dan Paku Alam VIII segera masuk gerbong dan menyambut kedua pemimpin Negara tersebut. Selanjutnya para pemimpin tersebut diantar dengan mobil Willys. Sejak saat itu mulai tanggal 4 Januari 1946 Yogyakarta menjadi Ibukota Republik Indonesia. Sebagai rumah dinas Presiden Sukarno menempati Gedung Agung dan Wakil Presiden Mohammad Hatta menempati Gedung di Jalan Reksobayan No.4 yang kini sebagai Makorem 072 Pamungkas Yogyakarta.

karnaval-perjuangan karnaval-perjuangan2

Sedangkan Museum Perjuangan Yogyakarta (Museum Benteng Vredeburg Unit II) menampilkan gerobak dorong dihias menyerupai Burung Garuda yang dinaiki Nyi Ageng Serang. Ilustrasi karnaval menceriterakan Nyi Ageng Serang yang merupakan seorang wanita yang rajin mengikuti latihan kemiliteran dan siasat perang bersama dengan prajurit pria. Beliau juga sering ikut ayahnya (Pangeran Natapraja) turun ke medan perang untuk melawan Belanda. Setelah ayahnya wafat, beliau diangkat menjadi penguasa daerah Serang Purwodadi. Akhirnya dia terkenal dengan gelar Nyi Ageng Serang. Dalam berbagai berbagai pertempuran beliau menggunakan daunt alas sebagai taktik penyamaran dan menggunakan panah sebagai senjatanya.