Keterkaitan antara benteng dan jagang telah menjadi satu kesatuan sistem pertahanan. Lokasi yang strategis, berdinding tebal dan parit mengelilingi benteng merupakan ciri khas dari sistem pertahanan kolonial. Pun berlaku pada Benteng Vredeburg Yogyakarta yang merupakan benteng pertahanan pemerintah Belanda (VOC) terhadap Kraton Yogyakarta. Pertahanan Benteng Vredeburg dipertegas menjadi komplek dengan bangunan yang lebih permanen dan dilengkapi dengan bastion di keempat sudutnya.
Gerbang barat merupakan pintu masuk utama Museum Benteng Vredeburg. Pada bagian ini (barat) merupakan bagian jagang yang dibuka dan dihidupkan kembali pasca ekskavasi parit tahun 2012 agar masyarakat dapat memiliki gambaran tentang parit atau jagang pada Benteng Vredeburg. Jembatan menjadi pintu masuk utama yang menjadi pengantar kedalam entrance bangunan, dengan kolam (parit) yang berada di bagian kanan dan kiri. Jagang atau parit yang saat ini difungsikan sebagai kolam dan jembatan sebagai penyambung kedalam Benteng Vredeburg menjadi pemandangan pertama bagi pengunjung dan menjadi spot yang menarik untuk menggambil gambar, baik dengan latar belakang benteng maupun monumen serangan umum satu maret.
Tidak banyak yang mengetahui, jagang atau parit dalam Bahasa Indonesia awalnya didesain mengelilingi benteng. Parit digunakan sebagai garda pertama pertahanan baik pada bangunan pertahanan maupun strategi peperangan. Penggunaan jagang pada awalnya merupakan pertahanan utama pada Benteng dengan tujuan mengantisipasi serangan dari berbagai arah. Penghubung antara jalan dan benteng menggunakan jembatan angkat sehingga jika tidak difungsikan, jembatan akan terangkat dan menutup akses dari dalam dan luar benteng. Jembatan angkat terdapat pada dua gerbang utama benteng, yaitu gerbang barat dan gerbang timur. Namun seiring dengan perkembangan teknologi militer dan untuk menopang mobilitas kendaraan berat militer, jembatan angkat diganti dengan jembatan biasa (jembatan permanen).
Periode tahun 1765-1830 merupakan periode dimana Benteng masih menggunakan jagang sebagai sarana pertahanan yang mengelilingi bangunan. Penggunaan jagang sebagai sistem pertahanan dinilai tidak relevan seiring dengan perkembangan sistem kemiliteran, sehingga pada tahun 1830, parit dimanfaatkan hanya sebagai saluran pembuangan. Pada tahun 1898, parit disebelah utara mulai dihilangkan dan dibuat jalan tembus ke utara benteng untuk mengadakan akses sarana dan prasarana pendukung benteng berupa gudang disebelah utara benteng. Hal ini terlihat pada peta Yogyakarta yang dikeluarkan oleh Belanda pada tahun 1925, gambar parit sebelah utara sudah hilang. Pada periode tahun 1945-1977, parit mulai kering dan selanjutnya seluruh parit ditutup.
Pengelolaan lansekap jagang dimulai pada tahun 2012, pasca ekskavasi jagang tahun 2011. Kegiatan ekskavasi parit dilakukan dengan tujuan menampakkan dan mencari kembali batas-batas parit dan mengetahui sistem distribusi air. Pengelolaan jagang yang dibuka sepanjang ±120 meter dilakukan pada jagang bagian barat, dengan tampilan air mancur untuk menambah daya tarik Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta.