You are currently viewing Indonesia Berkabung, Berpulangnya Putra Bangsa Pejuang Laskar Putri

Indonesia Berkabung, Berpulangnya Putra Bangsa Pejuang Laskar Putri

Jakarta, 26 Desember 2017. Dipenghujung tahun ini Indonesia kehilangan Putra Bangsa. Salah seorang pejuang Laskar Putri Ibu Soemartini berpulang diusia 93 tahun. Kabar duka disampaikan oleh ibu Retno Wimborini cucu pertama beliau yang merawat beliau hingga tutup usia.

Dok: Ibu Soemartini pada tahun 2009

Empat bulan yang lalu (Agustus 2017) Ibu Retno menghubungi pihak Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta melalui salah satu akun media sosial dan memberikan informasi bahwa neneknya (Ibu Soemartini) adalah salah seorang pejuang kemerdekaan Republik Indonesia yang berada pada salah satu foto pejuang Laskar Putri pada Tata Pameran Diorama II Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta. Mengabarkan bahwa Ibu Soemartini masih dalam keadaan sehat diusia 93 tahun.

Ibu Soemartini bersama cucu yang merawatnya

 

Gayung bersambut, pihak Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta (tim kurator dan laman) menyambut informasi berharga ini. Hubungan baikpun terjalin antara pihak museum dengan keluarga pejuang. Cucu pejuang ini juga menginformasikan beberapa Anugerah yang telah diterima beliau dan keinginan beliau bertemu Presiden Joko Widodo. Akan tetapi Tuhan berkehendak lain keinginan pejuang yang lahir di Solo 5 Juni 1927 lalu belum terwujud sudah berpulang.

Ibu Soemartini saat berlibur di Lembang dan Bandung bersama cucu dan cicit tampak bahagia dan masih sehat (18 Agustus 2017)

 

Anugerah Tanda Djasa Pahlawan yang telah diterima beliau diantaranya: Bintang Gerilja dari Presiden-Panglima Tertinggi Angkatan Perang Republik Indonesia, Soekarno, Anugerah Satyalantjana Peristiwa Aksi Militer kesatu, oleh Menteri Pertahanan, Djuanda, Anugerah Satyalantjana Peristiwa Perang Kemerdekaan kedua, oleh Menteri Pertahanan, Djuanda, Anugerah Gelar Kehormatan Veteran Pejuang Kemerdekaan Republik Indonesia, dan lainnya.

Tanda Jasa Pahlawan yang diterima Ibu Soemartini

 

Pada tahun 2013 melalui akun https://www.youtube.com/watch?v=TR_XD9YubkA Pejuang Kemerdekaan ini masih fasih dalam menyanyikan Lagu Indonesia Raya. Diunggah oleh cucu pertamanya yang juga seorang guru vocal.

   

 

Pada akun instagram sang cucu @bundarini_vocalcoach mengunggah foto sebelum peristirahatan terakhir Ibu Soemartini dengan caption, RIP 26 Desember 2017 mbah putri tercinta, Soemartini, pejoeang kemerdekaan R.I. yg mendapat anugerah tanda djasa pahlawan dari Presiden-Panglima Tertinggi Angkatan Perang Republik Indonesia, Soekarno atas djasanya didalam perdjoangan gerilja membela kemerdekaan negara, Anugerah Satyalantjana Peristiwa aksi militer kesatu dari Menteri Pertahanan Republik Indonesia, Anugerah Satyalantjana Peristiwa Perang Kemerdekaan kedua dari Menteri Pertahanan Republik Indonesia, Anugerah Gelar Kehormatan Veteran Pejuang Kemerdekaan Republik Indonesia, dll….semoga semangat perjuanganmu menginspirasi cucu dan keturunanmu dan semua orang….beristirahatlah dalam damai.

Dalam sejarahnya Laskar Putri merupakan Revolusi fisik tahun 1945-1949 di Indonesia telah menguras tenaga seluruh rakyat Indonesia, baik laki-laki maupun wanita. Waktu itu, rakyat merupakan kekuatan utama dalam menghadapi musuh. Pada masa revolusi ini, tidak sedikit kaum wanita menunjukkan kemampuannya untuk ikut berjuang bersama para gerilyawan Republik Indonesia. Revolusi fisik tersebut mendorong lahirnya kelompok atau organisasi pejuang wanita, yang turut serta dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.

Andil kaum wanita dalam masa perjuangan kemerdekaan tidak kecil dan memiliki nilai historis yang tercatat dalam sejarah bangsa. Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia terbentuklah Badan-badan Perjuangan di seluruh wilayah Indonesia untuk mengangkat senjata mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Meski perannya lebih ‘tersembunyi’ dalam sejarah, nyatanya sejak dahulu  wanita Indonesia telah terbukti  keberaniannya berperan aktif  memperjuangkan kemerdekaan serta  hak-hak wanita dan anak-anak. Memasuki masa revolusi fisik, sejumlah laskar wanita juga ikut bahu-membahu dengan pejuang  pria di garis depan. Antara lain tercatat: Barisan Putri di Jakarta (didirikan 1944), Laskar Wanita Indonesia atau LASWI di Bandung (1945), Laskar Putri Indonesia (LPI) di Surakata, Wanita Pembantu Perjuangan (WPP) di Yogyakarta, Laskar Muslimat di Bukittinggi, Sabil Muslimat di Padang Panjang, dan sebagainya. Tak hanya prajuritnya, para komandannya pun wanita. Laskar Gerwani (Gerakan Wanita Indonesia) juga tercatat ikut maju ke medan tempur saat pecahnya konflik Indonesia dengan Malaysia, yang dikenal dengan Operasi Ganyang Malaysia (1962).

Kesatuan dan Badan-badan itu bertujuan untuk mendapatkan latihan-latihan Kemiliteran, Kepamongprajaan dan Ketrampilan lain sekaligus membentuk jiwa kepahlawanan/ patriotisme putra-putri Indonesia. Demikian juga di Solo beberapa kaum putri bertekad membentuk kesatuan bersenjata Laskar Putri Surakarta dan berhasil dibentuk tanggal 11 Oktober 1945. Anggota Laskar Putri berjumlah sekitar 200 orang remaja putri, baik bekerja atau masih sekolah. Tujuan didirikan Laskar Puteri Indonesia adalah membentuk pasukan tempur wanita sebagai pasukan cadangan , membentuk pasukan bantuan untuk melayani kepentingan pasukan garis depan maupun garis belakang .

Kegiatan Laskar Putri Indonesia Surakarta dalam menunjang suksesnya perjuangan bangsa adalah: latihan kemiliteran, mengkoordinir dapur umum, mengusahakan bahan makanan, membantu tenaga kesehatan di pos PMI, membantu bidang administrasi pada markas pertempuran dan menjadi penghubung koordinasi dengan berbagai instansi.

Seiring dengan perkembangan situasi dan kondisi dan untuk menunjang rasionalisasi kelaskaran bersenjata dalam Kesatuan Bersenjata Republik Indonesia maka pada akhir tahun 1946 Laskar Putri Indonesia dibubarkan.

Semua ini menunjukkan bahwa semangat untuk menjadi bangsa yang merdeka memerlukan pengorbanan besar seluruh rakyat pada waktu itu yidak hanya keringat dan airmata, tetapi juga darah dan nyawa . Seluruh peristiwa yang telah lalu itu harus menjadi spirit bagi masyarakat saat ini untuk mengisi kemerdekaan dengan sebaik-baiknya sehingga pengorbanan mereka tidak sia-sia.

Laskar Putri Indonesia- Kemerdekaan Republik Indonesia telah memberikan kesempatan luas bagi kaum wanita untuk  lebih maju ke depan membela negaranya secara nyata. Muncullah sejumlah laskar bersenjata yang anggotanya para perempuan seperti, Laskar Putri Indonesia (LPI) di Surakarta, Pusat Tenaga Perjuangan Wanita Indonesia (PTPWI), Persatuan Wanita Republik Indonesia (PERWARI), Laskar Wanita Indonesia (Laswi),serta Wanita Pembantu Perjuangan (WPP) di Yogyakarta. Penempatan mental mereka sebagai perempuan tidak kalah dengan laki-laki, sehingga menggambarkan bahwa perjuangan kaum wanita pada waktu itu bersifat internal untuk memperbaiki diri dan bersifat egaliter. Para wanita ikut turun ke medan pertempuran melawan Belanda, mereka bertempur bahu-membahu bersama kaum laki-laki Indonesia.

Laskar Putri Indonesia (LPI) merupakan kelaskaran wanita yang ada di Surakarta. Sebelum Jepang berkuasa, di Surakarta telah berdiri perkumpulan-perkumpulan wanita yang bersifat golongan. Organisasi-organisasi tersebut bersifat kemiliteran, semua kegiatannya berkaitan dengan tujuan militer Jepang.

Setelah Jepang kalah, semua organisasi bentukannya dibubarkan dan digantikan dengan organisasi yang dibentuk pemerintah Indonesia, tidak terkecuali dalam bidang kemiliteran wanita.

Munculnya LPI berawal dari Ibu Srini sebagai paranormal wanita yang memiliki ilmu kebatinan mendapat sebuah ilham dari mimpinya. Ilham tersebut berisi, Indonesia akan merdeka apabila para wanitanya juga ikut berpartisipasi dalam perjuangan, maka dari itulah Ibu Srini mendirikan sebuah laskar dengan anggota pelajar wanita. Tugas LPI di medan perang yaitu dengan menjadi kurir makanan dan barang untuk front depan, membantu PMI, serta menkoordinir dapur umum.

 

Faktor-faktor yang melatarbelakangi terbentuknya kelaskaran wanita ini antara lain, faktor pendidikan dan kepemimpinan. Pendidikan yang dimaksud adalah latarbelakang anggota LPI, yang kesemuanya adalah pelajar. Para pelajar diberbagai kota secara aktif menjadi pelopor perjuangan Indonesia pada waktu revolusi. Faktor selanjutnya yaitu kepemimpinan, dalam susunan keanggotaan LPI yang paling berpengaruh bagi terbentuknya kelaskaran ini karena sosok Ibu Srini yang dianggap sebagai sesepuh5 LPI. Kharisma Ibu Srini inilah yang membuat pemudi-pemudi Surakarta yang ikut bergabung dalam LPI. Ketenaran Srini tersebut membawa pengaruh baik bagi pertumbuhan LPI. Para orang tua percaya menitipkan anak-anaknya untuk berjuang dengan Srini. Mengingat tidak semua orang tua mengijinkan anak perempuannya keluar rumah untuk berperang. Dengan demikian terbukti bahwa keberhasilan kepemimpinan Srini telah mendapat pengakuan dari warga LPI dan masyarakat sekitarnya.

Anggota LPI berjumlah kurang lebih 200 orang terdiri dari pelajar putri yang kesemuanya diasramakan. Markas LPI berada di Kompleks Balai Prajurit Batangan, Kelurahan Kedunglumbu Surakarta. Sebelum mendapatkan asrama, LPI telah membuka pendaftaran di Danukusuman No. 4 dan di kantor Angkatan Muda Republik Indonesia (AMRI) di Surakarta. LPI memiliki karaben hanya 2 pucuk, pistol, beberapa granat tangan, dan bambu runcing. Selain itu beberapa senjata yang terbuat dari kayu juga dimiliki LPI, senjata ini berfungsi sebagai alat dalam latihan perang.

 

Kegiatan LPI tidak hanya di wilayah Surakarta saja, lokasi perjuangan LPI tersebar di beberapa wilayah yakni Boyolali, Salatiga, Mranggen, Demak, Malang, Semarang, dan Yogyakarta. Perjuangan prajurit LPI sempat terhenti karena pembubarannya oleh Kolonel Gatot Subroto, sehubungan dengan adanya RERA (Rekonstruksi dan Rasionalisasi) di kalangan militer. LPI resmi dibubarkan pada tanggal 27 Oktober 1948, namun meski dibubarkan sebagian anggota LPI tetap berjuang di beberapa tempat. Sebagian anggota LPI kembali ke rumah masing masing,  melanjutkan sekolah atau pekerjaannya, namun ada pula yang masih bertahan di front. Meskipun secara nama LPI sudah dibubarkan namun secara batiniah mereka tetap kokoh membantu perjuangan Indonesia.

 

Laskar Wanita Indonesia- Laswi merupakan salah satu laskar wanita yang berdiri di Bandung, Jawa Barat. Meskipun Laswi dibentuk di Kota Bandung namun secara kondisional lascar ini mampu membangun perluasan ke daerah-daerah lain yang membutuhkan tenaga pejuang. Laswi dibentuk di beberapa daerah lainnya seperti di Yogyakarta dan Aceh.

Munculnya Laswi sebagai badan perjuangan wanita merupakan ide dari Sumarsih Subiyati atau lebih dikenal dengan Ny. Arudji Kartawinata yang merasa prihatin atas nasib Bangsa Indonesia karena terkukung oleh penjajahan. Terinspirasi dari sosok Kartini, beliau mendirikan Laswi dengan modal perjuangan Kartini.

Pelajaran Kartini merupakan pelajaran pertama yang beliau berikan untuk menggugah semangat perjuangan para anggota Laswi yang memanggul senjata di front Jawa Barat. Laswi resmi berdiri pada tanggal 12 November 1945 dan bermarkas di Gedung Mardihardja, jalan Pangeran Sumedang No. 91 Bandung. Diketuai oleh Sumarsih Subiyati Arudji Kartawinata, Laswi merekrut anggota dari beragam kalangan mulai dari pelajar, ibu rumah tangga, hingga janda. Susunan kepengurusannya Laswi terbagi menjadi 6 seksi yaitu seksi perlengkapan, dapur umum, palang merah, sosial, intelejen, dan penghubung. Sedangkan kelaskaran dibagi menjadi dua seksi (peleton) dan 8 Brigade (regu) yang masing-masing peleton beranggotakan 4 regu. Seluruh anggotanya berjumlah 100 orang yang rata-rata adalah pelajar.

Persenjataan yang dimiliki Laswi pada waktu itu berupa bambu runcing, pistol,mouser, dan keris. Meskipun dalam bidang persenjataan Laswi tertinggal jauh dibandingkan dengan senjata musuh, namun semangat mereka tidak pernah surut. Kekurangan mereka dalam persenjataan dapat disiasati dengan melakukan taktik gerilya serta mengadakan penyusupan secara diam-diam. Tidak jauh berbeda dengan LPI kegiatan-kegiatan Laswi meliputi bidang sosial, intel dan pertempuran. Di bidang sosial antara lain ikut serta dalam membantu para korban banjir di daerah Cikapundung, membantu untuk menyediakan makanan dan Palang Merah. Kegiatan anggota Laswi di bidang intel yaitu diperbantukan untukmenjadi mata-mata ataupun kurir, sedangkan dalam bidang pertempuran mereka terbagi menjadi beberapa kelompok untuk dikirim ke front perjuangan.Sebagai bekal di medan perang mereka dilatih dan menerima pelajaran kemiliteran.

Tujuan pembentukan Laswi adalah untuk membantu para pejuang laki-laki baik di garis depan maupun di garis belakang, maka dari itu, sebelum terjun ke medan perang anggota Laswi yang sebagian besar pelajar putri tersebut mendapat beberapa latihan. Latihan-latihan yang tersebut meliputi pembinaan fisik dan mental, kemiliteran (baris-berbaris, penggunaan senjata, taktik gerilya), palang merah, intel, dll. Hal tersebut diharapkan agar anggota Laswi dapat melindungi diri dari serangan musuh.