You are currently viewing Diorama Perebutan Senjata Dari Tentara Jepang Oleh Polisi Istimewa, Pemuda dan Rakyat di Gayam Yogyakarta- Diorama II Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta.

Diorama Perebutan Senjata Dari Tentara Jepang Oleh Polisi Istimewa, Pemuda dan Rakyat di Gayam Yogyakarta- Diorama II Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta.

Diorama II Menampilkan adegan peristiwa sejarah sejak Proklamasi Kemerdekaan RI tahun 1945  sampai dengan meletusnya Agresi Militer Belanda I tahun 1947. Salah satu adegan dome keenam pada Diorama II adalah Diorama adegan Polisi Istimewa dibawah pimpinan Oni Sastroadmodjo dan massa rakyat melucuti senjata Jepang di Gayam  Berlangsung  di Gayam, Yogyakarta pada tanggal 23 September 1945.

Peristiwa ketika rakyat dikawal satuan Polisi Istimewa bersenjata lengkap berpapasan dengan pasukan Kempeitai Jepang yang bermarkas di Pingit, menyebabkan muncul gagasan Jepang untuk melucuti senjata Polisi Istimewa. Usaha tersebut didahului dengan Maklumat Seiko Sikikan tentang larangan memiliki senjata api bagi rakyat. Pada tanggal 23 September 1945, tentara Jepang secara diam-diam berhasil melucuti senjata kesatuan Polisi Istimewa di Gayam yang kemudian  disimpan di dalam gudang. Selaku komandan kompi Polisi Istimewa, Oni Sastroadmodjo melaporkan kejadian ini kepada komisaris polisi RP. Sudarsono.  Untuk selanjutnya RP. Sudarsono  mengadakan perundingan dengan pemimpin tentara Jepang. Tetapi karena perundingan gagal maka pada tanggal 23 September 1945 pukul 21.00 WIB massa rakyat dan polisi bergerak mengepung markas dan gudang senjata Jepang di Gayam tersebut.  Akhirnya senjata-senjata itu dapat direbut kembali dan dibagi-bagikan  pada Polisi Istimewa untuk digunakan sebagai modal perjuangan.

Pelucutan kembali senjata Jepang di Gayam berjalan damai tanpa tetesan darah.  Tuntutan rakyat dan pemuda yang jumlahnya puluhan ribu itu akhirnya dikabulkan oleh Jepang dan senjata diserahkan kembali kepada Polisi Istimewa. Keberhasilannya dalam melucuti senjata Jepang di Gayam Yogyakarta itu menjadi pembakar semangat juang pemuda untuk meningkatkan aksinya dalam pelucutan senjata Jepang di tempat lain.  Makin memanasnya suasana di Kota Yogyakarta makin membuat tegangnya hubungan antara Jepang dan rakyat Yogyakarta. Sehingga menimbulkan bentrokan fisik yang berakhir dengan kontak senjata seperti yang terjadi di Kotabaru 7 Oktober 1945.

Sumber : Buku Panduan Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta