You are currently viewing Diorama Pembentukan TRI AU dan Pembangunan Kembali Pesawat Udara-Diorama II Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta

Diorama Pembentukan TRI AU dan Pembangunan Kembali Pesawat Udara-Diorama II Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta

Diorama II Menampilkan adegan peristiwa sejarah sejak Proklamasi Kemerdekaan RI tahun 1945  sampai dengan meletusnya Agresi Militer Belanda I tahun 1947. Salah satu adegan dome kelimabelas pada Diorama II adalah adegan Para kadet penerbang sedang belajar menerbangkan pesawat hasil rampasan Jepang yang baru selesai diperbaiki yang Berlangsung di Pangkalan Udara Maguwo (Adisucipto, sekarang) Yogyakarta pada tanggal 9 April 1946.

Pada tanggal 22 Agustus 1945 dibentuklah BKR (Badan Keamanan Rakyat). Sejalan dengan adanya pelucutan senjata dari tangan Jepang, maka di daerah-derah yang terdapat pangkalan udara dibentuk pula BKR Udara. Tugas utamanya adalah bersama rakyat merebut pangkalan udara milik Jepang lengkap dengan fasilitas yang ada.

Ketika BKR diintegrasikan menjadi TKR pada tanggal 5 Oktober 1945, maka BKR Udara dengan sendirinya menjadi TKR Udara yang lebih terkenal dengan sebutan TKR Jawatan Penerbangan.  Dengan berhasil dikuasainya  pangkalan udara Maguwo pada bulan Oktober 1945, selanjutnya para teknisi Indonesia berhasil memperbaiki pesawat rampasan Jepang  bersayap dua jenis Cureng. Selanjutnya pada tanggal 27 Oktober 1945 Agustinus Adisucipto berhasil menerbangkan pesawat Cureng  tersebut dengan identitas Merah Putih di Lapangan Terbang Maguwo yang merupakan penerbangan pertama kali setelah Indonesia merdeka. Setelah itu menyusullah  sebuah pesawat Nishikoren  di Ciberem (Tasikmalaya) berhasil diterbangkan oleh Agustinus Adisucipto tanggal 7 Nopember 1945.

Keberhasilan dalam penguasaan lapangan terbang Maguwo dan penguasaan pesawat terbang milik Jepang tersebut mendorong  Agustinus Adisucipto untuk lebih maju lagi dalam mengembangkan teknik kedirgantaraan tanah air. Atas prakarsanya maka diadakan pertemuan beberapa tokoh penerbang dari Yogyakarta, Malang dan Surabaya pada tanggal 7 Nopember 1945 di Yogyakarta. Kesepakatan dari pertemuan tersebut ingin diselenggarakan pendidikan penerbangan bagi putra-putra Indonesia.

Pada tanggal 15 Nopember 1945 pendidikan dibuka. Sarana dan prasarana yang dipergunakan serba sederhana. Latihan terbang menggunakan pesawat peninggalan Jepang buatan Pabrik Nippon Hikoki tahun 1933.  Peristiwa dimulainya pendidikan tersebut (15 Nopember 1945) dikenang  sebagai hari jadi Komando Pendidikan TNI AU (Kodikau). Hal itu berdasarkan Surat Keputusan Kepala Staf TNI Angkatan Udara Nomor : Kep/32/VII/1978 tanggal 2 Juli 1978 yang menetapkan bahwa pada tanggal 15 November 1945 sebagai Hari Komando Pendidikan TNI Angkatan Udara (Kodikau).

Pada tanggal 11 Pebruari 1946 di Lapangan terbang Maguwo dilakukan latihan terjun payung pertama oleh tiga orang kadet penerbang antara lain Amir Hamzah, Legino dan Pungut. Sedangkan penerbang yang membawanya adalah Agustinus Adisucipto, Iswahyudi dan Makmur Suhodo.

Kegiatan TKR Jawatan Penerbangan tersebut menunjukkan adanya upaya peningkatan. Sesuai dengan perkembangan organisasi TKR, pada tanggal 24 Januari 1946 menjadi TRI (Tentara Republik Indonesia), maka TKR Jawatan Penerbangan ditingkatkan menjadi TRI Angkatan Udara (TRI AU).  Hal ini berdasarkan Penetapan Pemerintah No. 6/SD tahun 1946 tanggal 9 April 1946.  Selanjutnya tanggal 9 April dijadikan hari HAPENAS (Hari Penerbangan Nasional). Sejak itulah TKR Jawatan Penerbangan resmi diganti menjadi TRI Angkatan Udara. Untuk selanjutnya terkenal dengan sebutan Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI).  Kemudian mulai tahun 1969 dikukuhkan dengan sebutan TNI AU (Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara)

Dalam penetapan tersebut susunan pimpinan AURI adalah sebagai berikut :

Kepala Staf                      : Komodor Udara Suryadi Suryadarma

Wakil  Kepala Staf I          : Komodor Udara Sukarman Martokusumo

Wakil Kepala Staf II          : Komodor Muda Udara Agustinus Adisucipto

Dalam rangka melaksanakan tugas negera, pada tanggal 23 April 1946, dengan pesawat jenis Tjukiu, Agustinus Adisucipto berhasil menerbangkan pesawat dari Yogyakarta ke Jakart membawa Komodor Suryadi Suryadarma dan Mayor Jenderal Sudibyo untuk berunding dengan pihak Sekutu masalah pemulangan APWI (Allied Prisoneer of War and Interneer) yaitu tawanan perang Jepang dan Belanda setelah perang dunia II.

Perlu disampaikan bahwa peringatan tanggal 9 April sebagai Hari Penerbangan Nasional  hanya berlangsung hingga tahun 1973. Selanjutnya sejak 9 April 1974 hari yang bersejarah bagi TNI-AU ini diperingati secara intern oleh seluruh warga TNI-AU, dan tidak lagi dirayakan sebagai Hapenas maupun tidak pula sebagai HUT TNI-AU. Kemudian dalam perkembangannya TNI AU mengembalikan arti sejarah tanggal 9 April tersebut pada proporsinya secara wajar, dan sejak tanggal 9 April 1976 hari yang bersejarah bagi TNI AU ini diperingati sebagai Hari Pengesahan Organisasi TRI-AU.

Sumber : Buku Panduan Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta