You are currently viewing Diorama Kongres Perempuan Indonesia Pertama– Diorama I Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta

Diorama Kongres Perempuan Indonesia Pertama– Diorama I Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta

 

Diorama I Menampilkan adegan peristiwa sejarah sejak Perang Diponegoro (1825-1830) sampai dengan masa Penjajahan Jepang (1942-1945). Salah satu adegan dome keenam pada Diorama I adalah Diorama adegan Pelaksanaan Kongres Perempuan Indonesia I di Yogyakarta dipimpin oleh Ny. Soekonto yang Berlangsung  di Dalem Joyodipuran Jl. Brigjen Katamso 23 Yogyakarta pada  tanggal Tanggal 22 s.d. 25 Desember 1928.

Timbulnya kesadaran nasional juga dialami oleh kaum wanita. Hal ini ditandai dengan lahirnya organisasi-organisasi pergerakan wanita modern. Organisasi mengalami perkembangan dari tingkat lokal ke tingkat nasional sejalan dengan pertumbuhan kesadaran nasional bangsa Indonesia. Sejalan dengan cita-cita RA. Kartini (1879-1904), pada awal pergerakan nasional mucul organisasi-organisasi wanita seperti Putri Mardika di Jakarta tahun 1912,  Kautaman Istri di Tasikmalaya  tahun 1913, di Sumedang dan Cianjur tahun 1916, di Ciamis tahun 1917, di Cicurug tahun 1918, Pawiyatan Wanito di Magelang tahun 1915, Wanito Susilo di Pemalang tahun 1918, Wanito Hadi di Jepara tahun 1915.

Memasuki tahun 1920 organisasi wanita makin luas orientasinya  terutama dalam menjangkau masyarakat bawah. Sedangkan dalam mencapai tujuan politiknya dilakukan bersama-sama organisasi sosial dan politik pada umumnya.  Pada waktu itu sebagian besar organisasi politik  mempunyai bagian wanita seperti Wanodya Utomo dari SI (Sarekat Islam), kemudian menjadi Sarekat Perempuan Islam Indonesia (SPII).  Bagian wanita Muhammadiyah adalah Aisyiah (tidak mencampuri politik). Bagian wanita Sarekat Ambon adalah Ina Tuni.

Di Yogyakarta, tempat wanita-wanita terpelajar  terdapat beberapa pekumpulan wanita yang tidak hanya belajar kepandaian khas wanita tetapi mepunyai tujuan tertentu.  Mereka itu diantaranya adalah Wanita Utomo, Wanita Mulyo, Wanita Katholik yang berdiri sekitar tahun 1920, dan Putri Budi Sejati yang berdiri di Surabaya. Adapun organisasi pergerakan wanita yang merupakan organisasi pemudi terpelajar antara lain Putri Indonesia, Jong Islamieten Bond Dames Afdeling (JIBDA disamping JIB), Jong Java bagian gadis-gadis (Meisjeskring), organisasi Wanita Taman Siswa dan lain-lain.

Sejalan dengan perkembangan  faham kebangsaan, maka pada tanggal 22 s.d. 25 Desember 1928 diadakanlah Kongres Perempuan Indonesia I bertempat di Dalem Joyodipuran Jl. Kintelan 139 (sekarang Jl. Brigjen Katamso 23) Yogyakarta. Kongres dihadiri oleh kurang lebih 1.000 orang wakil dari 30 organisai wanita.  Diantaranya adalah Wanita Utomo, Aisyiah, Wanita Tamansiswa, Poetri Indonesia, Jong Islamieten Bond Dames Afdeling, Meisjeskring, dan Wanita Katholik. Dalam kongres tersebut hadir pula organisasi pergerakan yang lain seperti Boedi Oetomo, PNI, Partai Syarikat Islam dan Muhammadiyah.

Kongres Perempuan Indonesia I ini diprakarsai oleh Ny. Sukonto (dari Wanita Utomo), Nyi Hadjar Dewantara (dari Wanita Tamansiswa) dan Nn. Sujatin (dari Putri Indonesia) dan didukung oleh tujuh organisasi wanita antara lain Wanita Utomo, Wanita Tamansiswa, Putri Indonesia, Wanita Katholik, Jong Java bagian gadis-gadis (Meisjeskring), Aisyiah dan JIBDA (Jong Islamietend Bond Dames Afdeling).

Pelaksanaan kongres dimulai pada hari Sabtu malam tanggal 22 Desember 1928 dan dipimpin oleh sebuah panitia kongres. Adapun susunan panitia tersebut adalah sebagai berikut :

Ketua             :           Ny. R. A. Sukonto (Wanita Utomo)

Wakil Ketua    :           Nn. Siti Munjiah (Aisyiah)

Sekretaris I     :           Nn. Siti Sukaptinah (JIBDA)

Sekretaris II    :           Nn. Siti Sunaryati (Putri Indonesia0

Bendahara I     :           Ny. R.A. Harjodiningrat (Wanita Katholik)

Bendahara II    :           Ny. R.A. Sujatin (Putri Indonesia)

Anggota           :           Nyi Hadjar Dewantara (Wanita Tamansiswa),

Nyi. Driyowongso (Wanita PSII),

Nyi. Muridan Noto (Wanita PSII),

Nyi. Umi Salamah (Wanita PSII),

Ny. Johanah (Aisyiah),

Nn. Diah Muryati (JIBDA)

Adapun maksud dari dilaksanakannya kongres Perempuan Indonesia I ini antara lain sebagai berikut :

  1. Supaya menjadi pertalian antara perkumpulan-perkumpulan Indonesia.
  2. Supaya dapat bersama-sama membicarakan soal-soal kewajiban, kebutuhan dan kemajuan wanita Indonesia.

Setelah menjalani perbincangan kurang lebih kurang 4 hari (22 s.d. 25 Desember 1928), kongres berhasil memutuskan antara lain sebagai berikut :

  1. Mendirikan badan federasi bersama “Perserikatan Perkumpulan Perempuan Indonesia” (PPPI). Adapun susunan keanggotaannya sebagai berikut :

Ketua             :           Ny. RA. Sukonto

Wakil Ketua    :           Ny. RA. Sujatin

Sekretaris I      :           Ny. St. Soekaptinah

Sekretaris II     :           Ny. Moego Roemah

Bendahara        :           Ny. R.A. Hardjodiningrat

Komisaris         :           Nyi. Hadjar Dewantara, St. Moendjijah

Anggota           :           Nyi. Hadjar Dewantara, Ny. Hajinah, Ny. Ali Sastroamidjoyo, Ismudijarti, Rosida.

  1. Menerbitkan surat kabar, yang redaksinya dipercayakan kepada pengurus PPPI. Adapun anggota redaksi terdiri dari Nyi. Hadjar Dewantara, Nn. Hajinah, Ny. Ali Sastroamijoyo, Nn. Ismudijarati, Nn. Budiah dan Nn. Sunaryati.
  2. Mendirikan Studie Fonds yang akan menolong gadis-gadis yang tidak mampu.
  3. Memperkuat pendidikan kepanduan putri.
  4. Mencegah perkawinan anak-anak.
  5. Mengirimkan mosi kepada pemerintah (Hindia Belanda), agar :
  6. Secepatnya diadakan fonds bagi janda dan anak-anak.
  7. Tunjangan bersifat pensiun jangan dicabut.
  8. Sekolah-sekolah putri diperbanyak.
  9. Mengirimkan mosi kepada Raad Agama agar tiap talak dikuatkan secara tertulis sesuai dengan peraturan agama.

Sumber : Buku Panduan Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta