You are currently viewing Diorama Intimidasi dan Penggeledahan Rakyat Oleh Pasukan Belanda – Diorama III Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta   

Diorama Intimidasi dan Penggeledahan Rakyat Oleh Pasukan Belanda – Diorama III Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta  

Diorama III Menampilkan adegan peristiwa sejarah sejak disepakatinya Perjanjian Renville tahun 1949 sampai dengan adanya pengakuan Kedaulatan RIS tahun 1949. Salah satu adegan Dome keenam pada Diorama III adalah Diorama Adegan Penggeledahan oleh Belanda terhadap penduduk di Dusun Jati, Wonokromo, Bantul Berlangsung   Dusun Jati, Wonokromo, Bantul pada  tanggal  1 Februari 1949.

Ketika terjadi Agresi Militer Kedua Belanda, para pucuk pimpinan TNI yang berhasil meninggalkan kota dan memimpin perjuangan gerilya antara lain Jenderal Soedirman (Panglima Besar TNI), Kolonel Djatikusumo (KSAP), Kolonel TB. Simatupang (WaKSAP), Letkol Soeharto (Komandan WK III). Sementara itu dengan pertimbangan tertawannya para pemimpin negara, dan untuk mengisi kekosongan pemerintahan sipil, Panglima Teritorium Tentara Djawa (PTTD) Kolonel AH. Nasution mengeluarkan Instruksi  No. 1/MBKD/1948 pada tanggal 25 Desember 1948 yang mengumumkan berlakunya pemerintahan militer untuk seluruh Jawa. Pemerintahan ini menggunakan sistem pertahanan  keamanan rakyat semesta. Maklumat ini mendapat respon yang positif dari sebagian besar rakyat.

Terbukti pada bulan Januari 1949 penduduk Yogyakarta yang berjumlah kurang lebih 400.000, serta 10.000 pegawai secara tegas menolak bekerja sama dengan Belanda.  Sehingga waktu itu kota Yogyakarta hanya dihuni oleh wanita, anak-anak dan orang-orang tua. Hal itu terjadi karena para pemudanya mengungsi ke luar kota ataupun ikut bergerilya.  Di kotapun mereka tidak  tinggal diam.

Mereka mengorganisasi Dapur Umum  dan menyiapkan ransum bagi para gerilyawan yang masuk kota. Akibat dari perlawanan rakyat dengan cara bergerilya dan bersifat semesta (seluruh lapisan rakyat terlibat) ini  menyebabkan Belanda menjadi kalang kabut. Sistem penyerangan gerilya berlangsung secara tiba-tiba, cepat dan kemudian menghilang. Akibatnya tindakan-tindakan yang berlebihan sering dilakukan oleh Belanda untuk mencari para gerilyawan.

Sebagai contoh adalah peristiwa yang terjadi di Dusun Jati, Wonokromo, Bantul.  Pada tanggal 1 Februari 1949 tentara Belanda  secara aktif melaksanakan  pembersihan di Dusun Jati, Wonokromo, Bantul. Dengan dalih mencari gerilyawan kemudian mereka melakukan intimidasi terhadap rakyat yang ditemui, rakyat dipaksa menunjukkan sarang gerilyawan jika tidak mau menjawab tidak jarang dari mereka disiksa, rumahnya dibakar, dan bahkan ada yang sampai dibunuh. Pada umumnya mereka memilih mati atau disiksa oleh serdadu Belanda dari pada harus menunjukkan persembunyian para pejuang. Sebuah pengorbanan rakyat yang sungguh luar biasa.

Sumber : Buku Panduan Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta