You are currently viewing Bangunan Indische Tetap Menjadi Idola, Bahkan Untuk Tugas Kuliah

Bangunan Indische Tetap Menjadi Idola, Bahkan Untuk Tugas Kuliah

 

 

Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta yang menjadi “sesepuh” bangunan Indische di Yogyakarta menjadi daya tarik tersendiri bagi siapapun yang mengenalnya. Berada di pusat kota Yogyakarta dan berdampingan dengan bangunan historikal lainnya tidak membuat eksisitensi benteng yang sudah berumur lebih dari 250 tahun ini memudar. Kompleks bangunan dengan gaya Arsitektur Indis ini menunjukkan bahwa ada percampuran unsur-unsur budaya Barat khususnya Belanda dengan budaya Indonesia khususnya Jawa.

Benteng Vredeburg merupakan ‘generasi’ pertama bangunan Indis di Yogyakarta, yang mulai dibangun pada tahun 1760 dan renovasi pasca gempa pada tahun 1867. Sebagai ‘sesepuh’ bangunan Indische di Yogyakarta, selain fungsi bangunan yang berbeda, Benteng Vredeburg memiliki ciri khas tersendiri dari bangunan kolonial disekitarnya yang dibangun pada awal abad 19. Vredeburg dibangun pada pertengahan abad 17, dimana pada masa itu Arsitektur Kolonial Belanda yang sedang berkembang mulai menyesuaikan arsitektur dengan iklim setempat.

Sehingga penggunaan rumah tradisional Jawa yang dilihat sudah beradaptasi dengan lingkungan setempat digunakan sebagai tipologi bangunan Belanda dengan penambahan elemen-elemen ciri khas arsitektur Belanda seperti jendela besar, tembok yang tebal dan pintu sebagai identitas si empunya bangunan. Pada bangunan pengapit utara dan selatan dan gerbang sebelah barat, juga masih terlihat gaya Arsitektur Yunani pada masa Reinasance (yang berjaya pada abad 15 sampai abad 17).

Nah karena itulah Museum Benteng Vredeburg menjadi magnet bagi siapapun yang berkunjung. Selalu dan sudah wajib bagi pengunjung mengabadikan pernah keberadaannya di bangunan kolonial ini.

Tidak jarang pula hampir setiap tahunnya mahasiswa jurusan arsitek berbondong-bondong memilih Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta sebagai obyek tugasnya. “Sekitar 180 mahasiswa Atma Jaya Yogyakarta jurusan arsitek yang datang kesini, ya sekitar kawasan titik nol kilometer sih. Tapi kami memilih Vredeburg untuk tugas presentasi arsitektual” Ujar Evia beserta empat rekan kuliahnya.

Gerbang barat Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta dipilih mereka, tak ragu-ragu mereka duduk berjajar di tengah halaman museum dan membelakangi matahari demi mendapatkan sudut bangunan yang mereka inginkan.

Keberadaan Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta selain untuk pemeliharaan dan perawatan koleksi juga dapat menjadi wahana edukasi generasi penerus bangsa.