Genap menapaki usia yang ke-28 tahun, Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta tumbuh bersama dengan masyarakat dan komunitas. Museum sebagai ruang publik pemajuan kebudayaan, sebagai wahana rekreasi bernuansa edutainment, museum selalu berupaya meningkatkan pelayanan.
Inovasi pelayanan menjadi konsentrasi pengelola museum selain mewujudkan tugas dan fungsi museum. Terlebih dimasa pandemi yang melanda sejak Maret 2020, interaksi secara langsung museum dengan masyarakat juga terhenti. Namun pelayanan dan fungsi museum tetap berjalan, kreativitas dan inovasi dengan memanfaatkan teknologi informasi menjadi senjata terdepan dalam inovasi.
Berbagai kegiatan secara daring dan optimalisasi media sosial museum menjadi senjata terdepan dalam inovasi museum. Tiket online dan pemanduan pengunjung museum secara virtual diluncurkan saat Sarasehan Temu Tokoh Komunitas “Bangun (lagi) Setelah Pandemi” Senin 23/11/2020 di Gedung Sultan Agung Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta.
“Saat ini pengunjung museum tidak perlu mengantri panjang saat membeli tiket, pembelian tiket masuk museum bisa dilakukan jauh hari sebelumnya. Cukup dengan mengakses website vredeburg.id, tersedia menu beli tiket.” Tutur Suharja selaku Kepala Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta saat membuka acara sarasehan dengan peserta tamu undangan terbatas dan melewati rapid test.
“Museum virtual sebagai media pembelajaran online dapat dimanfaatkan oleh pemangku kepentingan dan diakses dari mana saja. Serta berbagai fasilitas dengan media teknologi informasi yang menarik juga melengkapi fasilitas pelayanan museum.” Imbuhnya.
Sarasehan dengan maksud menjaring masukan, saran dan kritik melalui diskusi upaya pemajuan Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta wujud dari pemajuan kebudayaan ini menghadirkan Tazbir Abdullah selaku konsultan pariwisata dan Paksi Raras Alit mewakili seniman milenial serta dihadiri peserta dari museum, akademisi, praktisi, pelaku seni dan budaya, sekolah, universitas, UPT Kemendikbud, komunitas dan instansi terkait.