You are currently viewing “Als Ik Eens Nederlander Was” Sebuah Tulisan Pengantar Perubahan Pendidikan di Indonesia

“Als Ik Eens Nederlander Was” Sebuah Tulisan Pengantar Perubahan Pendidikan di Indonesia

 

Dalam rangka peringatan Hari Pendidikan Nasional yang terangkum dalam Pekan Pendidikan Jogja 2019, digelar selama empat hari 1-4 Mei 2019 di Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta yang mengusung tema Menguatkan Pendidikan dan Memajukan Kebudayaan”. Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta bersama 10 UPT Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan se-DIY menggelar pameran. Pada Stand pameran Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta dipamerkan koleksi Duaja Tamansiswa, patung dada Ki Hadjar Dewantara dan dokumen terkait pendidikan Tamansiswa.

 

Ki Hadjar Dewantara diasingkan ke Belanda bersama E.F.E Douwes Dekker, Tjipto Mangoenkoesoemo (yang dikenal Tiga Serangkai) karena keberaniannya menulis “Als Ik Eens Nederlander Was” Jika Aku Seorang Belanda pada perayaan ulang tahun 100 Belanda. Tulisan yang berisi sindiran terhadap Belanda itu membuat geram Belanda, selama pengasingan beliau (Ki Hadjar Dewantara) belajar pemikiran Rabindranath Tagore seorang tokoh pendidikan dari India yang memerdekakan anak didik, sedangkan ajaran kolonial pendidikannya yang cenderung mengekang anak didiknya. Metode Santiniketan India yang dikembangkan oleh Tagore diadopsi oleh Ki Hadjar Dewantara menjadi organisasi pendidikan Tamansiswa di Indonesia.

Seiring usainya Pekan Pendidikan Jogja yang resmi ditutup oleh Kepala Biro Umum Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada hari Sabtu 4 Mei 2019 lalu, pagi ini Selasa (7 Mei 2019) tim teknis registrar dan pengadministrasi koleksi serta pendampingan kurator mengembalikan Duaja Tamansiswa ke ruang tata pameran tetap Diorama I, patung dada Ki Hadjar Dewantara ke storage N Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta.