Diorama II Menampilkan adegan peristiwa sejarah sejak Proklamasi Kemerdekaan RI tahun 1945 sampai dengan meletusnya Agresi Militer Belanda I tahun 1947. Salah satu adegan dome kedelapan pada Diorama II adalah Diorama adegan Pangsar Soedirman menginspeksi sekolah Militer Akademi (MA) Yogyakarta dalam acara setengah tahun MA Yogyakarta yang Berlangsung di SMU BOPKRI I ,Yogyakarta pada bulan April 1946.
Pada tanggal 5 Oktober 1945 berdirilah TKR (Tentara Kamanan Rakyat) sebagai peleburan dari BKR (Badan Keamanan Rakyat). Dalam sidangnya tanggal 15 Oktober 1945 di Jakarta kabinet memutuskan bahwa markas besar umum TKR berkedudukan di Yogyakarta. Sebagai kepala staf umum ditunjuk Oerip Soemohardjo dengan pangkat Letnan Jenderal. Kemudian pada tanggal 27 Oktober 1945 (dua minggu setelah menjabat Kepala Staf Umum TKR), Letjen Oerip Soemohardjo memerintahkan untuk membentuk akademi militer nasional. Dalam hal ini yang ditunjuk oleh Letjen Oerip Soemohardjo adalah Samidjo Mangoenwirono (bekas Letnan KNIL). Segala perangkat yang diperlukan untuk mendukung tugas tersebut harus dicari sendiri.
Sebagai direktur Militer Akademi Yogyakarta waktu itu adalah Mayor Jenderal R. Memet Rachman Ali Soewardi (mantan Kapten KNIL). Dan Kolonel Samidjo Mangoenwirono sebagai wakil. Ketika Kolonel Samidjo Mangoenwirono harus memimpin sekolah kader militer di Gombong, kedudukan wakil direktur militer akademi dijabat oleh Wardiman Wirjosapoetro. Sebagai tenaga instruktur di MA Yogyakarta antara lain Kapten Sukirdjan, Kapten R. Ismail, Kapten Setiaji, Kapten Moch Nor dan Kapten Soekasno. Di samping itu masih ada penambahan tenaga medis yang sudah lama dikenal di kalangan para pejuang antara lain Kapten dr. Ibrahim Ichsan dan Kapten dr. Singgih.
Pengumuman pembukaan MA Yogyakarta diterbitkan tanggal 31 Oktober 1945 (kemudian menjadi hari berdirinya MA Yogyakarta), dan dipancarluaskan melalui RRI Yogyakarta selama 3 hari berturut-turut. Harian Kedaulatan Rakyat juga memuat pengumuman dan panggilan yang ditandatangani langsung oleh Letjen Oerip Soemohardjo tanggal 1 November 1945. Pendaftaran ditutup tanggal 7 November 1945. Syarat untuk memasuki MA Yogyakarta ini adalah pemuda Indonesia yang bersemangat kemerdekaan, minimal lulus SR (setingkat SD) bagi pendidikan kader dan lulusan Sekolah Menengah untuk MA. Lama pendidikan adalah 2 bulan baik untuk MA dan Kader. Setelah lulus dari MA berpangkat Letnan Dua dan dari Kader berpangkat Sersan Dua. Kemudian lama pendidikan ditambah untuk MA diperpanjang sampai tiga tahun dan untuk Kader diperpanjang sampai enam bulan. Sebagai tempat dilaksanakannya proses pendidikan MA Yogyakarta adalah di Gedung Christelijk Mulo Yogyakarta (Sekarang SMU BOPKRI I Kotabaru, Yogyakarta). Di gedung itulah dididik para siswa Militer Akademi dan Sekolah Kader yang pertama. Pada tanggal 19 Oktober 1948 direktur MA Mayor Jenderal R. Memet Rachman Ali Soewardi digantikan oleh Kolonel Gusti Pangeran Haryo (GPH) Djati Koesoemo.
Pada pembukaan angkatan I, bulan November 1945 dari 3.502 pendaftar diterima 442 orang. Tersaring dalam wisudawan I tahun 1948 berjumlah 198 orang yang diwisuda pada tanggal 28 Nopember 1948 di halaman Istana Presiden Yogyakarta (Gedung Agung) oleh Presiden Soekarno. Lima orang wisudawan yang waktu itu mendapat prestasi tertinggi antara lain Letnan Dua Kun Suryatjojo, Letnan Dua Subroto, Letnan Dua Sayidiman, Letnan Dua Utoyo Notodirdjo dan Letnan Dua Susilo Sudarman.
Angkatan II yang dibuka tahun 1946 dari 400 pendaftar diterima 150 orang. Jumlah itu bertambah dengan diintegrasikannya Sekolah Kader Malang ke MA Yogyakarta. Dari jumlah yang ada berhasil diwisuda sebanyak 156 orang dalam tiga kali upacara. Satu kali di Yogyakarta yaitu tahun 1949 dan dua kali di Jakarta tahun 1950.
Pada tahun 1950, MA Yogyakarta setelah meluluskan dua angkatan, karena alasan tehnis, untuk sementara ditutup dan taruna angkatan ketiga menyelesaikan pendidikannya di KMA (Koninklijke Militaire Academie) Breda, Nederland. Sementara itu ditempat lain seperti di Malang, Mojoangung, Salatiga, Tangerang, Palembang, Bukit Tinggi, Brastagi, Prapat didirikan Sekolah Perwira Darurat untuk memenuhi kebutuhan APRI pada waktu itu. Pada tanggal 1 Januari 1951 di Bandung didirikan SPGi AD (Sekolah Perwira Genie Angkatan Darat), dan pada tanggal 23 September 1956 berubah menjadi ATEKAD (Akademi Teknik Angkatan Darat). Pada tanggal 13 Januari 1951 didirikan pula P3AD (Pusat Pendidikan Perwira Angkatan Darat) di Bandung. Mengingat banyaknya sekolah perwira TNI AD yang berdiri, maka muncul gagasan dari pimpinan TNI AD untuk mendirikan suatu Akademi Militer. Gagasan ini pertama kali dimunculkan dalam sidang parlemen oleh Menteri Pertahanan tahun 1952. Setelah melalui berbagai proses, maka pada tanggal 11 Nopember 1957 pukul 11.00 Presiden RI Ir Soekarno selaku Panglima Tertinggi Angkatan Perang RI, meresmikan pembukaan kembali Akademi Militer Nasional yang berkedudukan di Magelang. Akademi Militer ini merupakan kelanjutan dari MA Yogyakarta dan taruna masukan tahun 1957 ini dinyatakan sebagai Taruna AMN angkatan ke-4. Tahun 1966 berintegrasi dengan akademi angkatan yang lain menjadi satu dengan nama AKABRI (Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia).
Terkait dengan sejarah perkembangan MA Yogyakarta, pada bulan April tahun 1946, diadakan peresmian berdirinya MA Yogyakarta, walaupun kegiatannya telah berjalan sejak November 1945. Pada tanggal 6 April 1946 diadakan peringatan bertepatan dengan 6 bulan MA Yogyakarta. Pada saat itu Jenderal Soedirman berkenan meninjau tempat pendidikan para taruna Indonesia di Gedung Christelijk Mulo Kotabaru Yogyakarta dengan didampingi oleh para pembesar militer lainnya. Dalam acara tersebut ditampilkan berbagai peragaan yang dilakukan oleh para taruna MA Yogyakarta.
Pada tanggal 18 November 1946 di daerah Tangerang Jawa Barat juga telah dibuka Akademi Militer yang kemudian dikenal dengan Akademi Militer Tangerang. Akan tetapi karena waktu itu menghendaki para taruna dan para pembinanya ikut andil dalam pertempuran maka terpaksa lembaga pendidikan militer tersebut ditutup pada tanggal 22 Maret 1946.