6-12 Oktober 2016 Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta menyelenggarakan acara “Vredeburg Fair” . Diikuti 14 instansi dan belasan komunitas penggiat budaya meramaikan acara Vredeburg Fair 2016. Pada acara Vredeburg Fair yang berlangsung pada tanggal 6-12 oktober 2016 kemaren, bertepatan dengan hari museum se-Indonesia, dan hari museum se-Indonesia tersebut juga diselengarakan di Benteng Vredeburg. Hal tersebut membuat acara Vredeburg Fair semakin ramai pengunjung.
Tak ingin menyia-nyiakan hal itu, museum Benteng Vredeburg mengeluarkan salah satu koleksinya, yaitu Wayang Suluh untuk menarik parapengunjung.
Wayang Suluh itu sendiri adalah wayang yang bermula dari R.M Sutarto Harjowahono asal Surakarta pada tahun 1920, membuat wayang untuk cerita-cerita biasa yang bersifat realistis. Pada awalnya wayang ini belum digunakan sebagai media perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Bentuk wayang suluh seperti manusia yang digambar miring dan diberi pegangannya seperti wayang kulit. Karena pementasannya berdasarkan cerita-cerita zaman sekarang, maka wayang tersebut dapat dikatakan semacam wayang sandiwara, yang kemudian menjadi wayang perjuangan. Bentuk tokoh-tokohnya baik dari segi potongan maupun pakaiannya mirip dengan orang dalam kehidupan sehari-hari. Dan Wayang Suluh yang di pamerkan oleh Museum Benteng Vredeburg pada tanggal 6-12 Oktober 2016 bercerita tentang perjuangan Pangeran Diponegoro Melawan para penjajah Belanda di Yogyakarta.
Dan ternyata hal tersebut sukses memikat parang pengunjung acara Vredeburg Fair untuk mampir, sembaring bertanya-tanya tentang wayang Suluh. Tak hanya turis lokal yang mampir untuk bertanya tentang wayang Suluh, banyak juga turis-turis dari mancanegra banyak yang tertarik dengan Wayang Suluh. Hal ini di sebabkan karena bentuk dan model Wayang Suluh berbeda pada umunnya dan bercerita tentang perjuangan para pahlawan melawan para penjajah pada jaman dulu.