Hadiri Muktamar VI STII, Menteri Kebudayaan Berpesan Untuk Mengintegrasikan Tradisi-Budaya Dalam Inovasi Teknologi Pangan

0
122
MenBud menyampaikan pidato kebudayaannya di hadapan para peserta Rapat Nasional Muktamar VI STII.

Bogor, 7 Desember 2024. Menteri Kebudayaan, Dr. Fadli Zon, M.Sc., pagi ini menghadiri Seminar Nasional Strategi Program Pertanian Menuju Indonesia Swasembada Pangan di Aula Gedung Riset Perkebunan Nusantara (RPN) Bogor. Seminar ini merupakan rangkaian kegiatan Muktamar VI Serikat Tani Islam Indonesia (STII) yang mengangkat tema “Peran STII Mendorong Industri Pertanian 5.0 untuk Ketahanan Pangan 2025.”

Tema tersebut dipilih karena program swasembada pangan dalam rangka ketahanan pangan nasional selaras dengan nafas yang selama ini diperjuangkan oleh STII, khususnya dalam hal ketahanan pangan. Menteri Kebudayaan dalam Pidato Kebangsaannya, membuka dengan menyampaikan apreasiasinya terhadap sumbangsih STII bagi Indonesia sejak 1946.

Menteri Kebudayaan menyampaikan jika tema seminar ini sejalan dengan visi dari Presiden. Terutama mengenai swasembada dan ketahanan pangan yang dari dulu telah menjadi prioritas Presiden Prabowo.

“Kita pernah mendapatkan penghargaan dalam hal pangan oleh FAO karena swasembada pangan. Penghargaan tersebut didapat karena memprioritaskan pertanian,” ungkap Menteri Kebudayaan.

“Saat ini target-target dunia pada SDG’s (suistainable development goals) yang pertama adalah no poverty, yang kedua adalah terkait pangan, yakni mengakhiri kelaparan (zero hunger). Persoalan pangan ini adalah persoalan hidup-mati sebuah negara. Kita pernah menjadi negara swasembada, pernah menyumbang ke negara tetangga, salah satunya Vietnam. Namun kini kita mengimport beras dari Vietnam,” sambungnya.

Menteri Kebudayaan melanjutkan dengan menyebutkan tentu tidak sembarang pangan, namun juga memperhatikan gizi karena dari sini muncul SDM-SDM unggul. Menurutnya ini sesuai pesan salah satu founding fathers Bangsa Indonesia, Mohammad Hatta, yakni kebahagiaan rakyat: cukup pangan, cukup sandang, jaminan kesehatan dan usia tua. Serta sejahtera rakyat: ekonomi baik, hidup layak, mencapai kebebasan.

Selanjutnya Menbud menyatakan jika terkait kebudayaan sektor pertanian tidak dapat dipisah. Pada hadirin yang hadir ia menyebutkan salah satu kearifan lokal yang sudah diakui dunia adalah sistem Subak di Bali, yang menurutnya juga ada di daerah lainnya di Indonesia dengan nama dan sistemnya sendiri.

“Termasuk bidang pertanian. Banyak ekspresi budaya yang terkait dengan segala sesuatu terkait padi mulai dari menanam hingga memanen. Bagaimana bersatunya petani dengan alam dan budaya, ini ada di kebudayaan kita masing-masing,” ujar Beliau.

“Fokus dari pemajuan kebudayaan adalah bagaimana menghidupkan pangan lokal yang memang budaya masyarakat setempat. Kuliner juga tidak dapat dipisah karena bagian dari produk budaya yang tidak dapat dipisah dari masyarakat. Ini bagian yang kita ajukan ke UNESCO sebagai intangible heritage. Kemarin tiga warisan budaya kita, yakni Reog Ponorogo, Kebaya, dan juga Kolintang telah menambah Warisan Budaya Takbenda Indonesia menjadi 16 warisan yang diakui UNESCO. Jamu yang salah satu diantaranya juga tentu memiliki keterkaitan dengan pertanian,” ungkap Menteri Fadli.

Pada akhir pidatonya Menteri Kebudayaan mengungkapkan kepada para peserta untuk bersama-sama kedepannya memajukan pertanian di Indonesia dengan mengintegrasikan nilai- nilai budaya ke dalam strategi pertanian, serta memadukan inovasi teknologi yang berakar pada tradisi dan budaya.

“Persaingan kita kini dengan bangsa lain bukan dengan bangsa sendiri. Kini kita harus bersama- sama agar negara kita menjadi negara maju, diperhitungkan dunia, dan mencapai Indonesia emas, yang harus kita rintis mulai dari sekarang ini,” tutup Menteri Kebudayaan.

Pada muktamar ini, STII mengajak anggotanya dari seluruh Indonesia untuk bersinergi dengan pemerintah dan sektor pertanian lainnya guna memperkuat upaya menuju kedaulatan pangan. STII juga berharap kepada pemerintah untuk meningkatkan koordinasi dalam mencapai swasembada pangan, khususnya pada komoditas utama seperti beras, jagung, kedelai, dan tebu.

Seminar ini juga turut dihadiri oleh Prof. Dr. Mohammad Nur Rianto Al Arif, M.Si, selaku staf Ahli Mohammad Mardiono Utusan Khusus Presiden, Prof. Dr. Ali Zum Mashar selaku Wakil Ketua Umum PB STII, dan Rudi Rubijaya, S.P., M.Sc selaku Direktur Landreform Direktorat Jendral Penataan Agraria Kementrian Agraria dan Tata Ruang /BPN, serta 120 peserta yang merupakan pengurus STII dari 18 provinsi dan 46 kabupaten/kota. Pada seminar ini STII juga menyampaikan optimisme terhadap kepemimpinan Presiden Prabowo dalam mewujudkan swasembada dan kedaulatan pangan.

*Untuk informasi lebih lanjut:

Kementerian Kebudayaan

Telepon: (021) 5725542
Email: kebudayaan@kemdikbud.go.id Website: https://kebudayaan.kemdikbud.go.id Whatsapp Channel: Kementerian Kebudayaan

Sipres – Hadiri Muktamar VI STII, Menteri Kebudayaan Berpesan Untuk Mengintegrasikan Tradisi-Budaya Dalam Inovasi Teknologi PanganF