Pemuda, Potensi Besar Kemajuan Bangsa

0
3685

Jakarta – 28 Oktober 2016, seluruh Bangsa Indonesia memperingati Hari Sumpah Pemuda. Hari di mana Bangsa Indonesia, melalui Kongres Pemuda Kedua pada 27-28 Oktober 1928, di Batavia, berhasil merumuskan keputusan yang menegaskan cita-cita bangsa. Keputusan itu memuat tiga poin utama, yakni “Tanah Air Indonesia”, “Bangsa Indonesia”, dan “Bahasa Indonesia”.

Sumpah Pemuda kemudian menjadi satu tonggak utama sejarah pergerakan kemerdekaan Bangsa Indonesia. Di mana ikrar itu, dianggap menjadi kristalisasi semangat untuk menegaskan berdirinya negeri Indonesia.

Bicara tentang Sumpah Pemuda, kita lantas diingatkan dengan pidato Bapak Bangsa Bung Karno yang dengan semangat membara meneriakkan kalimat “Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia!”. Kemudian muncul pertanyaan, apakah mungkin? Bagaimana caranya hanya dengan 10 pemuda, sebuah negara bisa mengguncangkan dunia?

Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid, melalui pidatonya dalam upacara Peringatan Hari Sumpah Pemuda di halaman utama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pagi tadi, menjabarkan data demografi Indonesia. Dari data tersebut disebutkan, jumlah pemuda di Indonesia sesuai dengan UU Nomor 40 tahun 2009 tentang kepemudaan, dengan range usia antara 16-30 tahun berjumlah 61,8 juta orang, atau sekira 24,5% dari total jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 252 juta orang.

“Secara kuantitas, 24,5% adalah angka yang cukup besar. Ditambah lagi, dalam waktu dekat ini mulai tahun 2020 sampai 2035, Indonesia akan menikmati suatu era yang langka, yang disebut dengan Bonus Demografi. Di mana jumlah usia produktif Indonesia diproyeksikan berada pada grafik tertinggi dalam sejarah bangsa ini, yaitu mencapai 64% dari total penduduk Indonesia sebesar 297 juta jiwa,” paparnya.

Rasio sederhananya, di setiap 100 penduduk Indonesia, terdapat 64 orang berusia produktif, 46 sisanya adalah usia anak-anak dan lansia. “Rasio usia produktif di atas 64% sudah lebih dari cukup bagi Indonesia untuk melesat menjadi negara maju. Itu adalah rasio usia produktif terbaik Indonesia yang mulai kita nikmati nanti, di tahun 2020 dan akan berakhir pada tahun 2035,” ia menambahkan.

Bila kita merefleksikan pidato Bung Karno, maka sejatinya jumlah besar saja tidaklah cukup untuk bisa membawa bangsa ini menjadi bangsa yang maju dan diperhitungkan di kancah dunia. Bung Karno tak perlu menunggu bonus demografi untuk bisa memberikan kehormatan yang layak bagi bangsa dan negaranya. Bung Karno hanya membutuhkan pemuda-pemudi unggul yang berkualitas dan visi yang besar dalam menatap dunia.

Pemuda, kemudian dianggap menjadi kaum yang mampu merubah suatu bangsa bila memiliki bekal yang cukup, tak hanya di bidang pengetahuan, melainkan juga visi yang besar untuk kemajuan bangsanya dan moral yang baik sebagai cermin dari Bangsa Indonesia. Pertanyaannya, dengan cara apa pemuda Indonesia bisa menuju ke sana? Ke arah yang banyak diharapkan orang tua dan negara?

Coba tengok sedikit ke belakang. Ketika beberapa waktu lalu, Indonesia berhasil mengantarkan seorang Pemuda Indonesia berusia 23 tahun bernama Rio Haryanto ke level tertinggi balap mobil internasional F.1. Dunia balap internasional seolah tak percaya ada anak Indonesia yang berhasil menembus balapan paling bergengsi di dunia.

Begitu pula ketika kita berhasil mengembalikan tradisi emas di ajang Olimpiade Rio de Jeneiro Brazil melalui cabang olahraga Bulutangkis, dunia berguncang. Semua orang pun tahu peraih medali emas kala itu adalah Owi-Butet, anak muda berusia 27 dan 30 tahun dari Indonesia.

Di insudtri kreatif, ada aktor muda Joe Taslim yang berhasil mengguncang dunia melalui panggung Hollywood melalui Film Fast and Furious. Di dunia musik kita punya Sandhy Sandoro yang berhasil menyabet penghargaan International Contest of Young Pop Singer, di Latvia pada 2009, dengan mendapatkan nilai nyaris sempurna dari seluruh juri.

Belum lagi di bidang start up, yang omzetnya mengundang decak kagum pebisnis online. Ada Nadiem Makarim pendiri Go-Jek, Achmad Zaky CEO Bukalapak, dan masih banyak lagi. Maka jelaslah, hari ini adalah hari kebangkitan anak muda Indonesia. Dengan kemajuan teknologi yang tersedia saat ini, pemuda-pemudi Indonesia dari Sabang sampai Merauke terus bergerak memberikan sumbangsih pemikiran dan gagasannya untuk kesejahteraan dan kebesaran Bangsa Indonesia, terutama di mata dunia.

Mari kita buktikan dalam sejarah Indonesia, untuk kesekian kalinya, pemuda Indonesia menjadi motor utama penentu perubahan Indonesia. Saatnya pemuda Indonesia membangun visi yang besar menatap dunia.