ARCA HARIHARA

Abad 14, Candi Sumberjati, Simping, Blitar, Jawa Timur, Batu Andesit, 187 × 86 × 37.5 cm, Museum Nasional Indonesia, inv. 256/103a/2082
Abad 14, Candi Sumberjati, Simping, Blitar, Jawa Timur, Batu Andesit, 187 × 86 × 37.5 cm, Museum Nasional Indonesia, inv. 256/103a/2082

Siwa dalam perwujudan sebagai Hariharamūrti atau Haryaddhamūrti digambarkan sebagai bagian tubuh sebelah kanan dan Wisnu sebagai bagian tubuh sebelah kiri.  Wisnu adalah Hari yang digambarkan mengenakan kiritāmakuta, telinga kiri memakai makarakuṇḍala, kedua tangan Wisnu membawa cakra (roda), dan diatas telunjuk tangan terdapat sangkha (siput) dan  membawa gadā (pemukul). Siwa adalah Hara digambarkan memakai jaṭāmakuta yang berhiaskan candrakapalā, telinga kanan memakai nakrakundala atau sarpakundala, tangan memegang aksamala dan parasu. Bentuk sangkha (siput)  merupakan rumah siput dengan siputnya yang masih hidup dan merayap keluar merupakan lambang dari jiwa yang keluar dari jasadnya.

Harihara digambarkan dalam bentuk kaku sehingga menunjukkan bahwa arca tersebut merupakan penggambaran dari seorang tokoh yang sudah meninggal. Harihara diduga sebagai perwujudan Raja Kertarajasa Jayawardhana, pendiri kerajaan Majapahit yang memerintah tahun 1293-1309 Masehi. Di kiri dan kanan arca ini terdapat dua dewi, sangat memungkinkan bahwa dewi-dewi tersebut adalah Laksmi sebagai śakti dewa Wisnu dan Parwati sebagai śakti dewa Siwa. Dua dewi tersebut diduga sebagai dua orang permaisuri dari Raja Kertarajasa Jayawardhana.