You are currently viewing PEMBERONTAKAN ANGKATAN PERANG RATU ADIL: BANDUNG 23 JANUARI 1950

PEMBERONTAKAN ANGKATAN PERANG RATU ADIL: BANDUNG 23 JANUARI 1950

Tentara Koninklijk Leger yang sakit hati & Tentara KNIL (Koninklijk Nederlandsch Indisch Leger) yang galau Imbas dari Konferensi Meja Bundar Agustus 1949 menghasilkan keputusan:

  • Kerajaan Belanda akan menarik pasukan KL dari Indonesia.
  • Tentara KNIL akan dibubarkan dan akan dimasukkan ke dalam kesatuan-kesatuan TNI.

Desersinya pasukan KL yang kecewa dengan keputusan ditambah kegalauan para tentara KNIL. Tentu saja galau, bagaimana mungkin KNIL yang selama periode 1945-1949 berhadapan-hadapan dengan tentara TNIl tetiba harus bergabung dengan musuhnya. Was-was akan status mereka, ketakutan akankah mendapat hukuman ataupun terkucilkan dalam kesatuan. Tentara KNIL ini merupakan tentara yang berasal dari orang-orang Indonesia juga.

Berbeda statusnya dengan mantan anggota KNIL yang begitu Indonesia merdeka 17 Agustus 1945 menyebrang menjadi tentara republik. Situasi tersebut dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak suka dengan status ini dan masih berupaya
memelihara kondisi.

Tersebutlah seorang Komandan dari kesatuan khusus Depot Speciale Troopen (DST), Kapten Raymond Westerling yang telah malang melintang dan terlibat dalam pembunuhan besar-besaran 40.000an rakyat Sulawesi Selatan. Ditugaskan mengacau dengan mengumpulkan para desertir dan anggota KNIL yang galau hingga konon terkumpul 8000 pasukan. Target operasinya adalah Jakarta dan Bandung. Kenapa Jakarta dan Bandung? Jakarta awal Januari 1950 tengah intensif dilakukan Sidang Kabinet RIS untuk membahas kembalinya ke bentuk negara
kesatuan.
Bandung karena situasi kota belum sepenuhnya dikuasai oleh pasukan Sliwangi yang belum seluruhnya kembali dari hijrah ke Yogyakarta, ditambah pula memang Bandung telah sejak lama menjadi basis kekuatan militer Belanda.

23 Januari 1950 pagi, pasukan yang menamakan diri APRA bergerak dari Cimahi menuju pusat kota Bandung utamanya Markas Divisi Siliwangi di Jalan Oude Hospitaalweg (sekarang Jalan Lembong) Sepanjang jalan menuju markas Divisi Siliwangi, pasukan APRA menbar maut dengan menmbaki setiap tentara Slliwangi
yang terlihat kendati tak bersenjata. Hingga akhirnya pertempuran tak seimbang 800an APRA vs 100an Tentara Siliwangi yang tersisa di markas terjadi, yang menewaskan Letkol Adolf Lembong. Markas tersebut sekarang menjadi Museum Mandala Wangsit