Malaysia Jajaki Kerjasama Bidang Sastra dengan Indonesia

0
3690

Jakarta – PT Balai Pustaka Indonesia berkerjasama dengan ThinkByUs Sdn Bhd Selangor Malaysia untuk menerbitkan buku audio sastra klasik Indonesia. Kerjasama tersebut dilaksanakan dalam rangka memperingati 100 tahun PT Balai Pustaka sebagai penerbit buku-buku dan karya sastra di Indonesia. Penandatangan MoU kerjasama tersebut dilaksanakan di Kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Jakarta (11/04). Hadir dalam kegiatan tersebut Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid dan Menteri Besar Selangor, Dato Seri Mohamed Azmin.

Dalam sambutannya, Hilmar Farid menyampaikan pentingnya langkah kerjasama antar dua negara ini untuk melestarikan kebudayaan bersama, khususnya dalam bidang sastra. “Buku audio ini merupakan jawaban masa depan untuk menjaga tradisi bersama, khususnya di bidang sastra klasik supaya menjadi lebih baik lagi,” ujar Hilmar Farid.

Dalam kesempatan yang sama, Dato Seri Mohamed Azmin turut menyampaikan apresiasinya terhadap kerjasama Indonesia – Malaysia di bidang sastra. ” Kegiatan ini bertujuan untuk menghidupkan kembali khasanah dan budaya sastra Melayu melalui buku audio antara Indonesia dan Malaysia. Hal ini menjadi penting untuk menjalin kerjasama tradisi, ekilmuan, dan kesusasteraan untuk mengangkat martabat kedua bangsa,” pesan Dato Seri Mohamed Azmin.

Ditemui setelah penandatanganan MoU, Direktur Utama PT Balai Pustaka, Saiful Bahri mengatakan bahwa sastra klasik Indonesia yang saat ini menjadi prioritas untuk dibuat dalam buku audio. “Buku-buku klasik Balai Pustaka dari tahun 1917 – 1920, seperti Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck dan Siti Nurbaya akan berada dalam daftar pertama untuk kami terbitkan dalam bentuk buku audio. Hal ini sesuai dengan PP No 66 tahun 1996 yang berbunyi bahwa Balai Pustaka memiliki tugas untuk menyebarkan konten-konten klasik Indonesia,” tutur Saiful Bahri.

Kerjasama antara Indonesia dan Malaysia dalam buku audio sastra klasik Indonesia ini diharapkan dapat menjawab tantangan zaman, dimana minat baca masyarakat sudah semakin berkurang, digantikan dengan kecendrungan masyarakat untuk mendengar.