Perupa Pandu Sudewo Berpulang

0
811
Pandu Sudewo berpulang

Perupa kenamaan Indonesia, Pandu Sudewo, dikabarkan berpulang pada Jumat, 19 Februari 2021 dalam usia 69 tahun. Pria kelahiran 22 September 1951 ini berperan penting dalam munculnya Gerakan Seni Rupa Baru Indonesia (GSRBI), yang kini telah mengubah arah peta perkembangan seni rupa Indonesia.

Pandu Sudewo pernah mengenyam pendidikan seni di Institut Teknologi Bandung/ITB (1970-1976). Pada 2-7 August 1975, Pandu bersama para seniman muda dari STSRI “ASRI” Yogyakarta dan ITB ikut serta dalam Pameran Seni Rupa Baru Indonesia ‘75 di TIM dengan dukungan dari Dewan Kesenian Jakarta. Pameran tersebut merupakan kelanjutan dari Pernyataan Desember Hitam yang memprotes penganugerahan penghargaan “5 lukisan yang baik” kepada pelukis-pelukis senior yaitu Aming Prayitno, A.D. Pirous, Widayat, Irsam, dan Abas Alibasyah, dalam Pameran Besar Seni Lukis Indonesia I yang dihelat Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) di Taman Ismail Marzuki pada penghujung tahun 1974. Menurut para seniman muda yang ikut dalam pameran tersebut, penghargaan itu dianggap sebagai “kemacetan budaya” karena acuan penilaian dewan juri menafikkan kemungkinan-kemungkinan baru yang ditawarkan oleh para seniman muda.

Pandu Sudewo sepaham dengan gagasan para seniman muda lainnya kala itu, sehingga ia kemudian menjadi salah seorang pemrakarsa Pameran Seni Rupa Baru Indonesia ‘75 bersama para seniman dari Yogyakarta di antaranya Hardi, FX Harsono, Bonyong Munni Ardhi, Nanik Mirna, Siti Adiyati, Muryoto Hartoyo, dan Ris Purwana, juga para seniman Bandung seperti Jim Supangkat, Bachtiar Zainul, Anyool Subroto, dan Sanento Yuliman (penulis pengantar katalog pameran). Materi pameran ini adalah karya-karya ready-madeassemblage, dan instalasi yang ketika itu dianggap radikal dan kontroversial. Pameran ini memprovokasi publik untuk melihat kembali “kekonkretan benda”, menolak elitisme diagungkan oleh rezim Soeharto, mengabaikan “keabadian karya”, dan mengembalikan semangat bermain-main yang liar dan jenaka. Pameran yang membawa semangat menolak tradisionalisme dan depolitisasi seni rupa Indonesia ini cukup menarik perhatian dan menimbulkan perdebatan panjang antara kritikus Kusnadi dan Sudarmadji di media massa kala itu.

Beberapa karya Pandu Sudewo kemudian dicantumkan dalam buku Gerakan Seni Rupa Baru Indonesia (GSRBI). Buku yang diterbitkan pada 1979 ini memuat dokumentasi, esai, dan manifesto yang disebut sebagai Lima Jurus Gebrakan GSRBI, sekaligus menegaskan praktik para seniman muda kala itu sebagai sebuah “gerakan”.

Sebagai apresiasi terhadap Pandu Sudewo atas kontribusinya dalam menentukan perkembangan seni rupa Indonesia, Galeri Nasional Indonesia mengakuisisi salah satu karyanya pada tahun 2014. Karya yang menjadi koleksi negara tersebut berjudul Go Kart yang dibuat tahun 1975.

 

Referensi:

Krishbie, Bayu Genia dan Teguh Margono. 2019. Monumen Ingatan: Modernitas Indonesia dan Dinamikanya dalam Koleksi Seni Rupa Galeri Nasional Indonesia. Jakarta: Galeri Nasional Indonesia.

http://archive.ivaa-online.org/

https://web.facebook.com/pandu.sudewo?_rdc=1&_rdr