Forum Diskusi Terarah Menuju WCF II 2016

0
3004

Bandung – World Culture Forum (WCF) kembali menggaungkan namanya. Kali ini, bertepatan dengan gelaran Konferensi Asia Afrika (KAA) ke-60 tahun, WCF menggelar Focus Group Discussion bertajuk Forum Diskusi Terarah: Menuju World Culture Forum II 2016, di Gedung Indonesia Menggugat, Jalan Perintis Kemerdekaan Nomor 5, Bandung, Jawa Barat, Senin (20/4/2015).

Taufik Rahzen, Budayawan yang juga merupakan Steering Committee WCF 2016 bertindak sebagai moderator acara. Dalam pembukaannya, Taufik memaparkan sedikit informasi tentang WCF. “Awalnya, WCF terselenggara setiap 3 tahun, rencananya WCF 2015 ini terselenggara di Bali, tapi akhirnya diubah menjadi tiap tahun. Jadi, tahun ini kami sedang menyusun draft untuk dilaksanakan tahun 2016,” paparnya.

wcf 2

Selanjutnya, Taufik mengenalkan dua pembicara yang akan mengisi materi diskusi. Dr. Muh. Syaltout, seorang dosen di Universitas Indonesia dan tokoh yang cukup lama terlibat dalam isu-isu negara selatan membawakan diskusi dengan tema “Bangkitnya Kekuatan Selatan”, sementara pembicara kedua, Jim Supangkat, Seniman dan juga SC WCF 2016, berbagi pengalamannya tentang WCF di awal pembentukannya.

Dalam pemaparannya, Syaltout menyinggung peran negara selatan yang masih jauh tertinggal dari negara-negara utara, namun masih memiliki kompetensi yang besar untuk bergerak maju, terutama di bidang kewirausahaan.

“Berdasarkan data dari The Global Enterpreunship and Development Institute di tahun 2015, negara-negara selatan berada di range menengah atau yang sedang bersiap menghadapi kewirausahaan, termasuk Indonesia. Namun Cina dan Afrika Selatan, masih berpeluang mengimbangi Amerika,” jelasnya.

wcf 4

Negara-negara Afrika, lanjutnya, adalah negara dengan kewirausahaan yang rendah. “Cina pernah melakukan diplomasi politik yang sangat dasyat, di mana Cina mendampingi perusahaan gas besar milik Angola, bernama Sonangol. Alhasil, di tahun 2008 Jubile berproduksi dan produksinya luar biasa. Ini menginspirasi negara-negara selatan untuk bergerak maju dan melakukan terobosa,” tambah Syaltout.

Kewirausahaan, menurut Syaltout, merupakan salah satu kekuatan suatu negara. “Secara teori, ada 3 kekuatan yang harus dilihat secara mendalam. Pada jaman dulu, power selalu berhubungan dengan senjata, populasi, luas wilayah, dan Sumber Daya Alam (SDA). Namun saat ini, isu tersebut sudah ditinggalkan. Saat ini lebih kepada pengetahuan. Kedua, enterpreneurism atau kemandirian. Ketiga, reflexive capitalim. Saat ini trennya bukan menguasai negara dengan senjata, tapi melalui perangkat hukum, baik paten, hak cipta, dan seterusnya,” tukasnya.

Sementara pembahasan kedua, Jim lebih menekankan kepada WCF dan korelasinya terhadap perkembangan globalisasi. Menurutnya, meski jaman telah berkembang ke arah yang lebih modern, namun masyarakat Indonesia dan dunia harus diperkenalkan dan diingatkan kembali tentang budaya lokal.

wcf 3

“Dalam perkembangannya, di bidang kesenian, bagaimana mengaitkan seni modern dan seni tradisional? Serta bagaimana menghubungkannya? Ini adalah peluang untuk WCF. Tentang konten acara ‘Seni dalam tradisi’ pun demikian, bagaimana menggabungkannya, itu dapat dilihat sebagai munculnya pengetahuan baru. Ini adalah peluang untuk dikembangkan oleh Indonesia, dalam hal ini WCF yang akan diselenggarakan tahun depan,” tutup Jim.