Budaya dan Semangat Maritim Kunci Utama Bangsa

0
2268

Jakarta – Upaya para sejarawan majukan bangsa melalui bahari terus berlangsung dalam diskusi yang merupakan rangkaian dari kegiatan Konferensi Nasional Sejarah, Rabu (9/11), di Grand Sahid Jaya. Empat pembicara dan moderator berkumpul untuk membahas subtema 6 yakni Dinamika Antardaerah dan Negara. Para pemuka sejarah mengemukakan perkembangan budaya bahari melalui hasil penelitiannya.

Kristoforus Boro Making mempresentasikan makalahnya yang berjudul Laut Sebagai Penyambung Ikatan Sosial Masyarakat Lamalohot (Lembata dan Flores Timur). Masyarakat Lamlera merupakan salah satu contoh rumpun masyarakat Lamalohot di Kabupaten Lembata yang menggantungkan hidupnya di laut. “Laut adalah jiwa yang tak terpisahkan dalam dinamika perkembangan kehidupan sosial masyarakat nelayan Lamalera,” jelas Kristoforus.

Hasil penelitian Kristoforus menunjukkan bahwa laut tak hanya sebagai mata pencaharian penduduk, namun juga jiwa dan identitas budaya mereka. Namun, maraknya konflik antar nelayan dan saling tuding di wilayah perairan merupakan dinamika yang perlu dikelola untuk mendukung proses pembangunan daerah.

Senada dengan penelitian tersebut, Sutejo K Widodo mempresentasikan penelitiannya yang berjudul Bentuk-Bentuk Konflik Nelayan PANTURA Sampai Era Otonomi Daerah. Sutejo pun merasa bahwa konflik antar sesama nelayan berupa perampasan, pemalakan, pembakaran, dan lainnya seringkali terjadi dan merupakan fenomena baru. Dalam penelitian ini, Sutejo menjelaskan konflik nelayan Pantura sejak awal hingga tahun 1960-an.

dir-sejarah-dalam-diskusi-panel

Dari sudut pandang yang berbeda, Yanwar Pribadi, melalui penelitiannya yang berjudul Masyarakat Nelayan Banten Pada Masa Desentralisasi: Dinamika Hubungan Antaretnis di Karangantu, mengungkap Banten secara mendalam. “Kesultanan Banten pernah menjadi pusat kekuasaan maritim terkemuka di Asia abad ke 16 dan 17. Banten adalah kerjaan Bahari yang kuat. Banten dua karakteristik wilayah ada persawahan yang luas dan pelabuhan perikanan dan perdagangan, selatan perbukitan dan pegunungan,” jelasnya bersemangat.

Rokhmin Dahuri melalui penelitiannya, Revitalisasi Nilai-Nilai Sosial Budaya Bahari dalam Pembangunan Ekonomi Kelautan menuju Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia melengkapi diskusi pada sesi ini. Rokhmin menjelaskan secara gamblang berbagai kondisi Indonesia mulai dari sejarah maritim nusantara, kegiatan ekonomi di darat dan pesisir, kondisi makroekonomi, dan lain sebagainya.

“Bila kita melakukan pembangunan kelautan sejumlah masalah terselesaikan, pengangguran dan kemiskinan, disparitas pembangunan antar wilayah, rapuhnya kedaulatan pangan dan energi,” jelas Rokhmin. Budaya dan semangat maritim merupakan kunci utama bangsa untuk menguasai dan menerapkan IPTEKS dalam mendayagunakan potensi pembangunan. Rokhmin berharap, kesadaran masyarakat terhadap hal ini meningkat, melakukan perbaikan segenap buku dan dokumen terkait sejarah dan budaya maritim, serta memasukkan matra kelautan dan budaya maritim dalam kurikulum pendidikan.