Yang berbeda dari Harkitnas ke-112 di Sangiran

0
467

Tanggal ini, tepat 112 tahun yang lalu menjadi tonggak pertama momentum pergerakan nasional yang mengakui bahwa bangsa ini beragam tetapi harus disatukan dengan semangat nasionalisme. Perjuangan yang awalnya tidak terencana menjadi terencana, dari perjuangan kedaerahan menjadi perjuangan bersifat nasional. Itulah momen kebangkitan bangsa kita pada 20 Mei 1908 dengan ditandai lahirnya organisasi Boedi Oetomo.

Tahun ini, Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) dirayakan dengan suasana yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Tahun ini Indonesia dan juga dunia merasakan dampak dari pandemi Covid-19 yang melanda. Masyarakat diajak untuk bersatu memutus mata rantai virus ini dengan tetap berada di rumah, bekerja dari rumah dan beribadah dari rumah.

Hal tersebut merupakan bagian dari nilai-nilai edukatif yang diajarkan dalam Harkitnas ini, bersatu melawan virus yang mematikan dan menjadi momok di dunia. Tema Harkitnas tahun ini, “Bangkit Dalam Optimisme Normal Baru” berusaha untuk memberikan hal yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Bersatu demi mencegah penularan Covid-19 merupakan inti dari bersatunya warga negara di tahun 2020 ini.

Dalam sambutannya, Menteri Komunikasi dan Informasi mengajak seluruh masyarakat untuk, “Membiasakan diri dengan cara hidup baru, tetap produktif di tengah pandemic Covid-19, terbiasa menerapkan protokol kesehatan, protokol transportasi dan protokol lainnya serta perubahan standar dalam mekanisme kerja, dan pada akhirnya mencapai kemenangan”.

Makna lain dari Harkitnas tahun ini menurut Plate adalah percepatan memasuki era digital. Plate mengajak untuk secara bijak memanfaatkan ruang digital, menjauhkan diri dari hoak dan ujaran kebencian. Menjauhkan diri dari penyalahgunaan ruang digital karena akan berdampak sangat besar bagi kehidupan masyarakat.

Bagi Situs dan Museum Sangiran, Hakdiknas tahun ini menjadi tonggak sejarah baru di mana situs ini menjadi sangat sepi dari aktifitas masyarakat yang hidup di tengahnya. Museum terpaksa ditutup guna mencegah penyebaran virus Corona yang pada akhirnya berdampak pada masyarakat sekitarnya. “Banyak pementasan yang batal dan latihan harus dihentikan”, jelas Jumadi salah satu pelaku seni di sekitar Museum Sangiran.

“Sangat berpengaruh pada omset”, seru Yuli yang merupakan pedagang di depan museum. Masyarakat berharap, “Semoga ini segera berlalu”, ucap mereka mengamini.  (Wiwit Hermanto)