MENGISI “KEKOSONGAN” INFORMASI SITUS TRINIL SETELAH ERA DUBOIS HINGGA SELENKA

0
4560
Foto 1 Proses perekaman temuan kotak ekskavasi TR 2

Sungai Bengawan Solo merupakan sungai tua yang sudah terbentuk sejak Kala Miosen hingga Plestosen Tengah. Sungai ini sudah sejak lama berperan sebagai pendukung kehidupan manusia, bahkan sejak jaman Plestosen hingga sekarang. Temuan-temuan penting dalam sejarah kolonisasi manusia di Nusantara ditemukan di sepanjang DAS Bengawan Solo. Sejumlah situs plestosen terletak di area tersebut antara lain Situs Sangiran, Sambungmacan, Trinil, Ngawi, Kedungbrubus, dan Ngandong (Soejono,1994). Salah satu situs penting yang terletak di DAS Bengawan Solo adalah Situs Trinil yang berada di Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Ngawi.

Situs Trinil memiliki sejarah penting tentang kisah evolusi manusia,  jauh  sebelum Sangiran ditemukan oleh Koenigswald pada  tahun 1934, penelitian yang dilakukan oleh Eugene Dubois antara tahun 1890-1892 telah membawa penemuan sisa-sisa  manusia purba yang sangat berharga bagi dunia ilmu pengetahuan. Penggalian tersebut dilakukan pada endapan volkanik Formasi Kabuh yang tersingkap oleh aliran Sungai Bengawan Solo. Dalam penggalian tersebut telah ditemukan atap tengkorak Pithecanthropus erectus dan tulang paha yang menunjukkan bahwa pemiliknya sudah sudah berjalan tegak. Temuan tersebut telah menjadikan Trinil terkenal dalam kancah dunia evolusi manusia pada akhir abad 19 dan mengundang peneliti lain untuk mengikuti jejak Eugene Dubois melakukan penelitian di Trinil. Pada tahun 1906-1908 Emil dan Lenore Selenka mengadakan penggalian besar-besaran di Trinil, akan tetapi tidak menemukan satupun fosil manusia hanya fosil-fosil vertebrata. Hasil penelitiannya dipublikasikan pada tahun 1911 dalam bentuk kumpulan tulisan beberapa disiplin ilmu, seperti geografi, paleontologi, dan paleobotani.

“Kekosongan” informasi setalah era Dubois hingga Selenka diisi dengan kajian yang dilakukan oleh Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran (BPSMP Sangiran) pada tahun 2015 dan dilanjutkan pada tahun 2016 bekerja sama dengan Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur (BPCB Jatim). Kegiatan kajian 2016 diselenggarakan pada tanggal 27 Oktober hingga 7 November meliputi survei, ekskavasi, dan inventarisasi koleksi museum. Tujuan dari kajian adalah untuk mengetahui jenis-jenis fauna Situs Trinil secara lengkap, stratigrafi sedimen pengandung temuan dan proses pengendapannya, serta batas sebaran lateral temuan di Situs Trinil. Dari hasil kegiatan eksavasi diperoleh data fosil yang memiliki konteks dengan stratigrafi secara jelas meliputi Bubalus paleokerabau, Bibos paleosondaicus, Trionychidae, Cevidae, dan Proboscidea. Dari kegiatan survei diperoleh data baru mengenai sebaran lateral temuan di sisi selatan yaitu di Dusun Pentuk Pengkol, Dusun Gemarang, Dusun Kawu, Dusun Pilang sedangkan di bagian luar situs antara lain Dusun Gajah, Dusun Ngancar, Dusun Glaman, dan Dusun Papungan. Keseluruhan data melengkapi informasi potensi Situs Trinil dari penelitian sebelumnya guna untuk pengelolaan dan kelestarian Situs Trinil. (Dian Nisa)

Foto 1 Proses perekaman temuan kotak ekskavasi TR 2
Foto 1 Proses perekaman temuan kotak ekskavasi TR 2
Foto 2 Proses pembersihan temuan ekskavasi
Foto 2 Proses pembersihan temuan ekskavasi
Foto 3 Kegiatan survei melihat singkapan di Situs Trinil
Foto 3 Kegiatan survei melihat singkapan di Situs Trinil