Jejak Serpih Pertama dari Sangiran

0
3485

Andai krisis tak pernah melanda Eropa, andai tak ada zaman “meleset”, apakah G.H.R von Koenigswald masih akan singgah di Sangiran?

Adalah inisiatif pribadi yang menuntunnya dari Bandung ke Sangiran, selepas tak lagi memiliki posisi di Jawatan Geologi Hindia Belanda. Tahun 1934, berbekal peta L.J.C van Es dan minat menemukan manusia purba, ia memutuskan untuk melakukan survey permukaan di daerah Ngebung. Intuisi menggiringnya ke tempat yang tepat. Pada kunjungan perdana, ia menemukan jejak keberadaan manusia purba pertama dari Sangiran!

Temuan yang dinamainya—dan kelak dikenal luas sebagai Sangiran Flakes Industry (Industri Serpih Sangiran) itu adalah alat serpih-bilah dari batuan kalsedon dan jasper dengan ukuran dan teknologi pengerjaan yang khas. Dalam publikasi pertamanya, von Koenigswald menandaskan bahwa artefak itu ditemukan di lapisan yang mengandung fauna Trinil. Tetapi, di kemudian hari ia mengakuinya sebagai temuan permukaan. Adalah artefak batu Ngebung ini pula yang mendorongnya untuk melakukan penggalian kecil di tahun 1935. Sayang, informasi mengenai ekskavasi lanjutan itu hilang di masa pendudukan Jepang.

Bagaimanapun, proyek kecil von Koenigswald itu menentukan nasib penelitian di Sangiran selanjutnya. Awal Januari 1936, Teilhard de Chardin, seorang ilmuwan terkemuka, singgah ke Sangiran atas undangan von Koenigswald. Temuan serpih Ngebung membuat von Koenigswald berhasil meyakinkan koleganya itu akan pentingnya situs Sangiran. Terlebih, di tahun 1936, tinggalan manusia purba berupa fosil sebagian rahang kiri atas berikut gerahamnya ditemukan di Sangiran.

Atas rekomendasi de Chardin dan temuan penting itulah, Yayasan Carnegie setuju untuk menjadikan von Koenigswald sebagai rekanan peneliti dan membiayai penelusuran manusia purba Jawa di Sangiran, mulai tahun 1937. Von Koenigswald mendapatkan hibah sebesar 2.500 dolar per tahun, selama kurun dua tahun. Bahkan sebelum pulang dari Amerika Serikat, kepada Atma, asistennya, ia mengirimkan cek dan meminta Atma segera mulai mengumpulkan fosil-fosil Sangiran.

Di luar perdebatan seputar usia kepurbaan Industri Serpih Sangiran, temuan itu dan penelitian von Koenigswald di Ngebung seolah magnet yang menyeret perhatian dunia ke Sangiran. Terlebih, sepanjang penelitian tahun 1936 s.d 1941, sejumlah tinggalan hominin yakni Sangiran 1 – Sangiran 7 berhasil dikumpulkan di meja kerja von Koenigswald. Koleksi penting itu menguatkan posisi Sangiran sebagai salah satu situs hominin yang penting di dunia. Sumber: Museum Manusia Purba Klaster Ngebung