Efek Ganda Pelaku Budaya di Sangiran

0
430


Pandemi Covid-19 yang melanda dunia dewasa ini membuat banyak pihak terdampak. Demikian pula yang dialami oleh pelaku budaya yang ada di Situs Sangiran.
Pelaku budaya yang mengalami dampak tersebut seperti Sugiyarti yang merupakan anggota Teater Sangir yang ikut bermain di kesenian Gejog Lesung. Sejak pandemi melanda kelompok kesenian ini terpaksa membatalkan pentas yang sudah terjadwal serta menghentikan latihan rutin yang dilaksanakan seminggu sekali. “Sangat terasa dampaknya, pentas batal dan latihan terpaksa saya hentikan”, jelas Jumadi selaku Ketua Teater Sangir.
Dampak yang dirasakan Sugiarti tak kalah terasa. Sebagai pelaku kesenian Gejok Lesung yang sudah ditekuninya selama 8 tahun ini, Sugiarti juga harus mengalami dampak di bidang ekonomi. Warung makan yang dikelolanya di halaman Museum Manusia Purba Sangiran Klaster Krikilan juga terpaksa ditutup seiring tutupnya museum.
Selain sebagai pelaku budaya dalam Gejog Lesung, Sugiyarti juga bekerja sebagai pemilik warung makan dan juga aktif dalam kegiatan di desanya dalam PKK, arisan desa maupun posyandu. Selain kegiatan itu, Sugiyarti juga berperan sebagai petani yang menggarap lahan pertanian yang tak jauh dari rumahnya. Dengan berbagai aktifitas ini Sugiyarti merasakan dampak ganda dari pandemi ini. Sebagai pelaku budaya harus berhenti beraktifitas dan sebagai pelaku ekonomi terpaksa mengurangi pemasukan. Dampak ganda yang dirasakan ini tentu menjadi pukulan yang sangat berat tapi Sugiyarti tetap bersyukur karena hasil dari pertanian tidak terdampak pandemi.
Sejak diberlakukannya kelaziman baru, Teater Sangir mencoba bangkit dari keterpurukan. “Kami mulai berlatih rutin seminggu sekali yang difasilitasi tempat oleh BPSMP Sangiran”, jelas Jumadi selaku Ketua Teater Sangir.
Para pelaku budaya yang ada di Situs Sangiran banyak yang merasa dampak ganda pandemi yang melanda dewasa ini. Dampak ganda yang mereka rasakan sungguh mengguncang tapi mereka berusaha bangkit dari keterpurukan. Bangkit untuk meraih asa dan cita, meraih masa depan yang lebih baik, memajukan budaya yang mereka pegang teguh sekaligus meningkatkan ekonomi. (Wiwit Hermanto)