Dari Lampung Menuju Sangiran Untuk Mempelajari Situs Manusia Purba

0
967
Pemberian publikasi kepada dosen perwakilan UNILA

Situs Sangiran dengan segala keunikan yang direpresentasikan melalui museumnya, mampu menarik pengunjung dari kalangan umum maupun dari dunia pendidikan. Pada Selasa, 25 Juli 2017, BPSMP Sangiran menerima kunjungan dari rombongan Universitas Lampung. Kegiatan kunjungan akademik Pendidikan Sejarah FKIP Unila Bandar Lampung membawa peserta sejumlah 75 orang yang terdiri dari dosen dan mahasiswa.

Pemberian publikasi kepada dosen perwakilan UNILA

Kunjungan ini sangat tepat dilakukan di Museum Sangiran karena mahasiswa memperoleh pengalaman secara langsung untuk lebih mengenal sejarah keberadaan nenek moyang. Peserta diberikan pelajaran seputar Situs Sangiran, evolusi dan masih banyak lagi yang dipaparkan oleh edukator BPSMP Sangiran. Selain itu juga diberikan publikasi buku Trilogi Sangiran. Mahasiswa tidak hanya mendapatkan pengetahuan yang sangat berharga, tetapi juga diberikan bekal masing-masing berupa katalog museum yang dapat menjadi buah tangan berharga.

Peserta sangat aktif dalam sesi tanya jawab

Mahasiswa sangat antusias dengan menanyakan beberapa hal diantaranya,

  1. Dalam proses evolusi dikenal tiga tipe Homo erectus, bagaimana mereka bisa punah.
  2. Homo erectus mampu beradaptasi dan bermigrasi. Apakah lingkungan bisa merubah fisik manusia?
  3. Homo erectus mampu beradaptasi dengan lingkungan. Kenapa lingkungan berubah dan mereka pindah ke Bengawan Solo?
  4. Bagaimana perbedaan fisik dari faktor lingkungan terhadap manusia?
  5. Selain Sangiran ada Situs manusia purba yang lain, kenapa Situs Sangiran yang menjadi World Heritage?.
Peserta dibawa keliling dipandu oleh staf Seksi Pemanfaatan BPSMP Sangiran

Kunjungan ini membuktikan bahwa gaung Sangiran sudah dikenal luas. Sinergi positif dari kunjungan ini ialah kaum muda, dalam hal ini diwakili kalangan pendidikan, tertarik untuk mempelajari lebih jauh mengenai peninggalan budaya bangsa. Bangsa yang besar adalah bangsa yang bisa menghargai sejarahnya. (Duwiningsih)