Jayadipuran Culture & Art 2020

Festival Tari Klasik dan Kontemporer

0
1050
Jayadipuran

BPNB DIY, Oktober 2020 – Sejalan dengan amanat Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, pemerintah melalui Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan terus berusaha untuk memajukan 10 objek pemajuan kebudayaan demi terwujudnya kebudayaan sebagai haluan pembangunan nasional. Salah satu dari 10 objek pemajuan kebudayaan tersebut adalah seni, termasuk di dalamnya seni tari, baik tradisional maupun kreasi.

Karya tari baik tradisional maupun kreasi diciptakan untuk menyampaikan pesan dari pencipta karya tari terhadap sesuatu atas imajinasi maupun pemikirannya, dalam merespon dan mengekspose apa yang dilihat, didengar, dibaca, dirasakan dan dimaknainya. Dengan demikian, karya tari baik yang tradisional maupun  kreasi penuh dengan pesan yang bermakna.  Pesan yang ingin disampaikan dalam karya tari merupakan suatu internalisasi kebudayaan secara personal maupun komunal yang diejawantahkan dalam sebuah karya seni tari.

Sehubungan dengan hal tersebut, Daerah Istimewa Yogyakarta yang dikenal sebagai pusat kebudayaan Jawa memiliki banyak ragam seni tari tradisional atau klasik, maupun kreasi. Tari klasik hingga saat masih tetap dipertahankan dan dilestarikan sehingga tetap hidup di tengah masyarakat Yogyakarta. Di sisi lain, para pelaku seni tari dengan penuh inovasi dan kreatifitas menciptakan karya tari baru sehingga terciptalah tari kreasi yang penuh makna juga.

Untuk mewadahi hal tersebut maka BPNB DI Yogyakarta selaku UPT di Kementerian Kebudayaan pada tahun 2020 di tengah wabah pandemi Covid-19 tetap mendukung keberadaan seni tari tersebut. Wujud nyata dari hal tersebut adalah dengan melaksanakan kegiatan Jayadipuran Culture & Art (JCA), Festival Tari Klasik dan Kontemporer”. Diharapkan dengan memberikan ruang ekspresi kepada mereka, kepercayaan diri dan kebanggaan terhadap budaya yang dimiliki dapat bertambah sehingga pada akhirnya timbulkesadaran dan upaya dari dalam masing-masing individu untuk melestarikan budayanya tersebut. Selain itu, festival tersebut juga diharapkan dapat mengenalkan kepada masyarakat luas tentang keindahan dari khasanah budaya seni tari klasik/tradisonal dan kontemporer/kreasi.

Selain itu, penyelenggaraan kegiatan Jayadipuran Culture & Art, juga merupakan sebuah wujud nyata BPNB D.I. Yogyakarta melaksanakan Strategi Kebudayaan dalam hal meningkatkan pelindungan terhadap nilai, ekspresi dan praktik kebudayaan tradisional; perluasan dan pemerataan akses publik pada sarana dan prasarana kebudayaan; mempromosikan nilai, ekspresi dan praktik kebudayaan tradisional; serta upaya menempatkan kebudayaan sebagai investasi jangka panjang dengan mengoptimalkan penggunaan teknologi informasi.

Acara akan dihelat pada tanggal 12 s.d 16 Oktober 2020, bertempat di Pendapa BPNB D.I. Yogyakarta (Dalem Jayadipuran), dan akan disiarkan di kanal Youtube BPNB D.I. Yogyakarta.

Kuratorial Jayadipuran Culture & Art

Mengawali atau merintis sebuah festival baru adalah tantangan kreativitas yang sungguh mendebarkan. Apalagi menggelar festival yang bentuknya adalah seni pertunjukan di tengah situasi pandemi yang tak kunjung usai ini. Sebuah festival mutlak membutuhkan penonton. Begitu juga sebaliknya. Kedua entitas itulah pembentuk utama sebuah festival yang menampilkan pertunjukan. Pageblug Covid-19 di tahun 2020 jelas-jelas membentangkan jarak antara seniman pertunjukan dan penonton. Protokol kesehatan mewajibkan kita semua wajib menjaga jarak, sehingga tidak memungkinkan menghadirkan kerumunan penonton dalam penyelenggaraan festival Joyodipuran Culture & Art.

Dengan keterbatasan tersebut, JCA 2020 memilih konsep pertunjukan daring, seperti lazimnya pementasan-pementasaan sejenis di tahun ini. Format daring melalui kanal media sosial YouTube ini dipertimbangkan sebagai solusi paling optimal yang sejauh ini bisa dilakukan oleh penyelenggara, seniman, dan penonton. Agar distribusi fasilitas dari penyelenggara bisa tetap tertuju ke seniman dan penonton. Seniman juga mendapatkan ruang untuk menghidupkan api kreativitasnya, penonton juga tetap mendapatkan haknya menikmati sebuah pertunjukan. Meskipun dengan adaptasi yang baru, yang merupakan keniscayaan di masa seperti ini.

Pada perhelatan JCA yang pertama ini, seni tari dipilih sebagai bidang seni pertujukan yang menjadi fokus utama festival. Seluruh penampil yang terdiri dari 10 sanggar seni tari maupun perorangan dikurasi dalam kategori tari tradisi dan tari kreasi. Yogyakarta tidak pernah kekurangan penari. Setiap tahun puluhan penari dilahirkan dari produsen-produsen tari (sekolah, sanggar, komunitas). Hal tersebut kadang bagai pisau bermata dua dalam proses kuratorial pemilihan penari. Pertanyaanya adalah mau melibatkan penari yang mana?

Pada akhirnya diputuskan bahwa salah satu landasan ide dalam proses kuratorial JCA 2020 adalah keterwakilan dan ketersebaran wilayah seni. Seluruh kabupaten dan kota yang berada di Propinsi DIY akan diwakili oleh sanggar atau seniman tari. Dari Kulonprogo, Gunungkidul, Sleman, Bantul, Kota Jogja akan menampilkan masing-masing jenis tari tradisi dan kreasi. Khusus untuk kota Jogja (dimana ndalem Joyodipuran berada di dalamnya) keterwakilan sanggar tari justru dipilih dari sanggar-sangar yang terdekat di sekitar Joyodipuran. Sebuah ewuh atau perhelatan sebaiknya justru berdampak pada tetangga sekitar tuan rumah. Ngaruhke tangga jadi alasan pemilihan sanggar tari dari Ndalem Pujokusuman dan Sanggar Tari Kinanthi Sekar yang hanya berjarak puluhan meter dari Joyodipuran. Agar harapannya sebelum kelak festival ini memiliki jangkauan luas dan menggblobal, tetangga sekitar Joyodipuran tetap dikaruhke. Pemberdayakan masyarakat seni sekitar ini juga menjadi visi festival Joyodipuran Culture & Art 2020 yang diselenggarakan oleh Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) D.I. Yogyakarta.

Sebagai sebuah awalan tentunya banyak sekali cita-cita JCA yang mencoba digapai dan diwujudkan dalam perjalanannya menjadi festival yang berbasis nilai-nilai kebudayaan dan kelak mampu menempatkan posisinya sebagai salah satu festival yang menyemarakkan Jogjakarta, sebagai ibu kota festival seni dan budaya. Semoga menjadi angin segar bagi ekosistem seni tari di tengah pandemi.

Penampil:

  1. Bale Seni Wasana Nugraha.
  2. Sanggar Tari Saraswati.
  3. Sanggar Seni RnB.
  4. Damarwulan Art Studio.
  5. Sanggar Move Art Dance.
  6. Mila Rosinta.
  7. Adi Mataya.
  8. Sanggar Tari Pujokusuman – Yayasan Pamulangan Beksa Sasmita Mardawa.
  9. Kinari Dance.
  10. Sanggar Seni Kinanti Sekar X Sudaryanto.

Tunggu kami di 12 Oktober 2020,
Lestari Budayaku Lestari Negeriku,
Salam Budaya.