Baritan, Upacara Tradisional di Kota Metropolitan

You are currently viewing Baritan, Upacara Tradisional di Kota Metropolitan

Baritan, Upacara Tradisional di Kota Metropolitan

Baritan, Upacara Tradisional di Kota Metropolitan

Oleh:
Ria Andayani S.
(BPNB Jabar)

Sungguh unik, ada upacara tradisional di tengah kota metropolitan seperti DKI Jakarta. Memang nyata adanya, upacara baritan namanya, atau dengan beberapa sebutan lain yaitu upacara babarit, Pesta Mauludan, dan Pesta Kramat Aris. Upacara tersebut merupakan salah satu tradisi masyarakat Betawi keturunan Aris Wisesa. Dia adalah seseorang yang dituakan oleh masyarakat Betawi di wilayah Setu dan dipercaya sebagai “penyembuh” berbagai penyakit, baik fisik maupun non fisik semasa hidupnya. Oleh karena itu, makamnya dikeramatkan dan diberi nama Kramat Aris.

Juru kunci Kramat Aris

Versi cerita lainnya mengisahkan bahwa lokasi Kramat Aris yang terletak di Jl. Kramat Aris, RT 04, RW 03, Kampung Setu, Kelurahan Setu, Kecamatan Cipayung, Kota Jakarta Timur merupakan patilasan atau tempat persinggahan seseorang bernama Aris Wisesa, yang kemudian menghilang. Sampai saat ini, Kramat Aris menjadi tempat pelaksanaan upacara baritan yang diselenggarakan satu rangkaian dengan perayaan Maulud Nabi. Upacara tersebut harus dilaksanakan pada hari Jumat.

Acara Mangkatan

Rangkaian upacara baritan berlangsung 2 hari. Pada hari pertama, Kamis, dimulai dengan acara mangkatan, yakni pelaksanaan Maulud Nabi yang berlangsung di masjid yang berdekatan dengan Kramat Aris. Kegiatan Maulud Nabi di tempat tersebut diisi dengan acara doa bersama dan tahlilan. Waktunya dimulai dari Magrib sampai dengan selesai. Mereka yang datang semuanya laki-laki dewasa, umumnya tergabung dalam kelompok pengajian bapak-bapak, dan sisanya adalah tokoh masyarakat setempat. Setelah itu, dilanjutkan pada acara budaya berupa pertunjukan kesenian tradisional masyarakat Betawi, yakni gambang kromong dengan atraksi melawak, menyanyi, dan berjoget bersama; dan tarian khas Betawi.

Gotongan untuk tempat
menyimpan ancak

Pada hari kedua, Jumat, rangkaian mata acara pada upacara baritan berlangsung sejak pagi. Kira-kira pukul 07.00 WIB, ada beberapa orang sesepuh yang menyembelih dan mengolah kambing serta ayam. Mereka menyembelih seekor kambing atau bandot, harus yang berkelamin jantan dan berumur kira-kira satu tahun; juga memotong satu ekor ayam jantan. Jumlahnya tidak terbatas satu saja, bisa juga lebih dari satu. Tujuan utama menyembelih kambing dan ayam adalah untuk keperluan membuat ancak ‘sesaji’, yang pada saatnya akan dibawa ketika arak-arakan. Sementara itu, juru kunci juru kunci Kramat Aris juga sejak pagi sudah sibuk dengan kedatangan para peziarah ke Kramat Aris. Dengan ramah dan sabar, dia mengantar dan melayani peziarah yang datang mencari berkah dari Kramat Aris dengan berbagai tujuan. Semakin siang semakin banyak peziarah yang mengunjungi Kramat Aris. Tidak hanya keturunan Kramat Aris yang tinggal di wilayah Setu, melainkan juga datang dari tempat lainnya.

Hiburan dalam Upacara Baritan

Tepat pukul 10.00 WIB, kesenian gambang kromong kembali menghangatkan area Kramat Aris. Mereka kembali bernyanyi, berjoget, dan melawak. Tidak hanya itu, mereka juga mengundang warga masyarakat agar mendekat ke area Kramat Aris. Hiburan tersebut berlangsung hingga menjelang Jumatan tiba. Mendekati pukul 14.00 WIB, orang-orang sudah mulai berdatangan dan berkumpul mengililingi ancak dan kresek hitam berisi makanan untuk mengikuti acara berikutnya, yakni baritan. Mereka semuanya kaum pria, terdiri atas para sesepuh, tokoh masyarakat, dan anak-anak. Dalam acara tersebut, panitia selalu menghadirkan sejumlah anak-anak laki. Tepat pukul 14.00 WIB, acara baritan dimulai oleh salah seorang sesepuh. Inti dari acara tersebut adalah berdoa bersama memohon keselamatan dan kelancaran dalam melaksanakan upacara baritan hingga selesai nanti. Selain itu, mereka juga memohon agar keturunan Kramat Aris khususnya, dan warga masyarakat pada umumnya mendapat berkah dari pelaksanaan upacara baritan. Acara baritan tidak berlangsung lama, diperkirakan hanya berjalan selama 15 menit. Usai acara baritan, sudah disiapkan berikutnya, yakni arak-arakan.

Para pemain kesenian gambang kromong kembali beraksi untuk mengundang kehadiran warga agar bersama-sama mengikuti acara arak-arakan. Prosesi arak-arakan berjalan diiringi kesenian barongan melewati rute jalan yang telah ditetapkan. Dalam perjalanan arak-arakan, mereka beberapa kali berhenti untuk melakukan ritual menempatkan dan mengubur ancak di empat penjuru kampung. Ritual itu merupakan simbol harapan agar tanah di wilayah tersebut senantiasa subur sehingga dapat menyejahterakan penghuninya. Selain itu, ritual tersebut juga merupakan simbol harapan masyarakat agar kampung beserta penghuninya terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan, seperti bencana dan penyakit. Untuk menyempurnakan pelaksanaan upacara baritan, beragam kesenian khas Betawi tampil menghibur penonton hingga larut.