Merlina Agustina Orllanda

Pada Seminar Daring BPCB Sumbar 2 Juli 2020, Drs. Surjadi, M.T. Selaku  Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tanjung Pinang mempromosikan keeksotisan Pulau Penyengat. Sebagai salah seorang panelis dalam kegiatan itu Drs. Surjadi menegaskan bahwa Pulau Penyengat tidak dapat diukur dari luas wilayahnya, melainkan dari keagungan sejarahnya. Di Bumi Melayu melimpah destinasi wisata yang sarat nilai sejarah mulai dari mesjid, istana, kantor, benteng pertahanan pelabuhan dan sumur air tawar.

Realita histori mengungkapkan dulunya pulau kecil ini pernah menjadi pusat residen. Pulau Penyengat memiliki ± 45 objek cagar budaya, diantaranya warisan dari masa kolonial, Cina, komunitas gambir, serta tinggalan berupa makam para pembesar dan pusaka kerajaan mengingat wilayah ini dulunya berperan sebagai pusat pertahanan pemerintahan di masa Kerajaan Riau-Johor dan Riau-Lingga. Pengaruh kerajaan-kerajaan tersebut tidak hanya sebatas regional tapi juga berskala internasional di zamannya. Jejak masa lampau yang ada dapat menggiring pengetahuan generasi kini untuk melihat eratnya hubungan Kerajaan Riau-Lingga dengan Kerajaan yang ada di Johor Malaysia.

Fenomena pulau yang dulunya dikenal sebagai “Pulau Air Tawar” ini adalah representatif dari latar rumpun melayu sehingga tidak heran apabila terdapat kesan bukan melayu kalau belum pernah singgah ke Pulau Penyengat. Hal itu didukung pula oleh rekam jejak tanah ini yang dulunya memberi sumbangsih terhadap lahirnya bahasa  bangsa (lingua franka) yang tidak hanya digunakan oleh penutur pertama, tapi juga oleh penutur kedua sebagai bahasa ibu.

Keunikan lain Pulau Penyengat terkait keberadaan Mesjid Raya Sultan Riau yang terbuat dari putih telur, pasir, tanah liat, dan kapur. Berdirinya bangunan cagar budaya ini diprakarsai oleh Yang Dipertuan Muda VII, Raja Abdul Rahman. Berdasarkan bentuknya, mesjid ini merupakan mesjid berkubah pertama di Nusantara yang merupakan hasil akulturasi Melayu, India, Arab dan Turki. Hadirnya Mesjid Raya Sultan Riau membuktikan pulau kecil ini memiliki kekayaan sejarah dan arsitektur yang luar biasa. Sesuai fakta lampau, maka keberadaan tinggalan masa lalu baik yang bersifat tangible dan intangible di Pulau Penyengat merupakan potensi yang perlu dilestarikan agar memberi dampak wisata bagi pendatang dan meningkatkan perkonomian masyarakat setempat. Pada seminar itu Drs. Surjadi fokus terhadap tinggalan intengible yang terdapat di Pulau Penyengatseperti Gurindam Dua Belas seperti Karya Raja Ali Haji dan Bustan Al Khatibin. Dari Gurindam Dua Belas inilah karya sastra Melayu menjadi tonggak perkembangan bahasa Indonesia. Dalam forum diskusi itu, Drs.Surjadi menginformasikan bahwa awal abad ke-19 Pulau Penyengat tersohor berkat literasi dan kesusasteraan melayunya.

Pada paparannya Drs. Surjadi juga membedah peninggalan intangible  lain dari Pulau Penyengat berupa warisan seni dan budaya seperti Tarian Zapin, Tari Persembahan, Mak Yong, Kompang Experience, Boria Anak-anak, Permainan Rakyat dan Kearifan Lokal Lainnya. Berdasarkan aset budaya yang dimilikinya, maka Pemerintah Kota Tanjung Pinang gencar melakukan berbagai aktivitas wisata budaya di Pulau Penyengat. Kegiatan yang telah terealisasi di bawah naungan Dinas Budaya Dan Pariwisata Tanjung Pinang itu seperti literature walking tour, bentor/cycling historical tour, gurindam experience, tanjak experience, traditional dress experience, cooking experience, Tari Zapin experience hingga diadakannya Festival Pulau Penyengat di tahun 2018.  Terselenggaranya berbagai kegiatan tersebut merupakan wujud konkret untuk menjaga potensi yang dimiliki Pulau Penyengat.

Menurut Drs. Surjadi, tantangan yang tengah dihadapi Pulau Penyengat terkait upaya publikasi dan pelestarian ialah peningkatan kemampuan SDM, rendahnya pengetahuan cagar budaya dan pariwisata, kurangnya rasa memiliki masyarakat terhadap aset budaya, sikap terlalu bergantung pada pemerintah, kurangnya regenerasi dan konservasi, minimnya kordinasi antarpihak, serta sarana dan prasarana yang kurang memadai dalam mendukung pariwisata.Dengan diadakannya seminar ini,  Drs. Surjadi sangat antusias agar sejarah Penyengat dapat digali sebagai modal untuk melestarikan dan mempromosikan Pulau Penyengat. Sebagai potensi besar menurutnya Penyengat wajib dipertahankan untuk menghidupkan lingkar ekonomi masyarakat dan budaya dan pariwisatanya. Singkatnya Drs. Surjadi sangat mendukung pelibatan banyak pihak untuk memajukan Pulau Penyengat.