Oleh: Merry Kurnia

Sawah Lunto merupakan sebuah kota yang menyimpan ribuan sejarah, ada yang bisa dilihat langsung berupa peninggalan-peninggalan fisik namun ada yang terkubur dalam lobang-lobang tambang hitam. Membicarakan tentang Sawah Lunto ibarat membicarakan cinta pada seorang kekasih, selalu menarik dan tidak membosankan.  Pesonanya juga mampu menghipnotis pengunjung untuk kembali datang, menurut sejarahnya Kota ini pernah menjadi poros ekonomi pada masa kolonial.

Bersadarkan foklor yang berkembang, dahulunya Sawah Lunto merupakan sebuah pusat kerajaan yang didirikan oleh Sitimbago, ia berasal dari kerajaan Pagaruyung yang dibuang karena melakukan pembangkangan, ia beserta pengikutnya kemudian pergi kedaerah Sawah Lunto dan mendirikan sebuah kerajaan disana, siTimbago menjadi penguasa yang dzalim terhadap rakyatnya yang membebani rakyatnya dengan beragam upeti .

Timbago juga berlaku tidak sopan terhadap anak gadis penduduk. Kedzaliman dan kesewenang-wenangan si Timbago akhirnya melahirkan pemberontakan rakyat dipimpin oleh panglima Alim, seorang panglima perang dari Silungkang dan Kubang. Ia berhasil mengalahkan raja Sitimbago sehingga para pengikutnya serta merta terpaksa meninggalkan Sawah Lunto dan negeri tersebut kemudian dijadikan daerah perladangan dan persawahan oleh orang Kubang, dan nama Sawah Lunto merujuk kepada sawah dan Batang Lunto yang mengairi areal persawahan (teras zaman.Blogspot.com diunduh tanggal 13 Oktober 2018)

Ekspedisi Groot dan Greve menjadi cikal bakal Sawah Lunto menjadi Kota tambang, Ekspedisi yang dipimpin oleh Groot menemukan batu bara pertama di Padang Sibusuk, ekspedisi itu kemudian diikuti Greve yang menemukan batu bara yang terdapat di Ombilin Sawah Lunto. Pihak kolonial kemudian membuka isi perut Nagari penghasil emas hitam ini hingga terpampang lah kekayaan jutaan gulden yang tersembunyi. Penemuan batu bara di Sawah Lunto memberikan pengaruh besar terhadap Nagari Minangkabau dan khususnya untuk Nagari Sawah Lunto sendiri. Penemuan emas hitam merobah wajah Sawah Lunto dikemudian hari. Pembukaan tambang di Sawah Lunto melahirkan sarana transportasi yang menghisap tenaga para kuli, melahirkan pemukiman pemukiman baru kolonial, melahirkan kelas-kelas sosial dan yang paling penting melahirkan perampasan HAM yang menyisakan sejarah tentang orang-orang rantai yang memenuhi historiografi sejarah. Sawah lunto benar benar hadir dengan wajah baru, disulap menjadi sebuah kota kolonial serupa dengan kota-kota yang ada di Belanda.

Lahir sebagai kota maju berbanding terbalik dengan nasib pribumi yang terinjak, terhisap dan diperbudak dan Sawah Lunto menjadi saksi bisu peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah yang menyangkut ekonomi dan penindasan. Sampai sekarang Sawah Lunto masih dikenal dengan kota yang kental dengan sejarah tambangnya, jejak jejak sejarah tersebut masih bisa kita lihat dari museum-museum yang ada di Sawah Lunto seperti gudang ransum, kereta api, terowongan Mbah Suro dan tambang. Museum terpilin kuat dengan sejarah, museum merupakan sebuah alat penghubung manusia dengan masalalunya.

Pada era kolonial  Sawah Lunto menjadi salah satu penggerak roda ekonomi di Nagari Minangkabau dengan adanya tambang di Sawah Lunto menstimulasi pembukaan jalan kereta api menuju teluk bayur dengan tujuan mengangkut batu bara ke pelabuhan. Sawah Lunto juga menjadi magnet bagi para kuli yang datang dengan iming-iming upah yang tinggi dari para calo atau yang didatangkan secara paksa (urang rantai) oleh pihak kolonial untuk mengeruk emas-emas hitam di perut bumi Sawah Lunto. Peninggalan peninggalan kolonial tersebut masih bisa dilihat dengan adanya museum gudang ransum, kereta api, terowongan Mbah Suro dan tambang selain itu Kota Sawah Lunto juga menawarkan keindahan kotanya yang dijuluki sebagai little holland yang dikelilingi oleh bukit-bukit seakan akan menjadi perisai kota.

Batu bara menjadikan Sawah Lunto sebagai kota tambang terbesar di Minangkabau dan menarik pihak kolonial beramai-ramai datang untuk mengeruk keuntungan dari perut bumi Sawah Lunto. Berjalannya waktu Sawah Lunto berubah menjadi sebuah kota modern, kolonial sekan-akan memindahkan kota di Belanda ke Sawah Lunto,bangunan-bangunan khas Belanda mulai didirikan bahkan bisa dikatakan Sawah Lunto adalah little holand. Berwisata ke Sawah Lunto seakan-akan mengunjungi kota kecil Belanda, sampai saat ini bangunan-bangunan tua masih banyak ditemukan di Sawah Lunto dengan banyaknya bangunan-bangunan tua yang penuh dengan sejarah dan estetika maka sampai saat ini Sawah Lunto menjadi salah satu destinasi kota dengan wisata sejarahnya.

Selain kota yang modern kala itu, Sawah Lunto juga menyimpan kisah memilukan tentang orang-orang tambang, dimana orang-orang tambang hidup dalam lubang-lubang galian dan merekalah yang menjadi ujung tombak dari perusahaan tambang agar terus berproduksi, tenaga mereka dihisap sedemikian rupa untuk mengeruk perut bumi demi jutaan gulden untuk Belanda. Nasib miris orang-orang tambang ini telah banyak mewarnai historiografi sejarah, orang-orang tambang ini tergolong menjadi tiga kelompok diantaranya buruh paksa, buruh kontrak dan buruh bebas. Buruh paksa  diambil dari orang-orang hukuman dari berbagai penjara di Sumatera, Jawa, dan Sulawesi. Buruh kontrak  didatangkan dari Penang, Singapura, Jawa. Sedangkan buruh bebas berasal dari penduduk Minangkabau. (Zaiyardam zubir 2006)

Untuk keperluan perusahaan tambang, maka dibukalah jalan kereta api menuju pelabuhan untuk mengangkut jutaan ton batu bara yang akan dikirim kepenjuru negeri dengan menggunakan kapal laut. Pembukaan tambang besar-besaran menjadikan transportasi sebagai kebutuhan primer oleh karena itu pihak kolonial mendatangkan kereta api-kereta api ke Sawah Lunto. Selain transportasi juga dibangun gudang-gudang dan bangunan-bangunan untuk tempat tinggal buruh, ruma sakit dan gudang ransum sebagai tempat makan buruh

Sebagai daerah basis pendudukan Belanda karena merupakan daerah tambang, Sawah Lunto mempunyai banyak peninggalan sejarah, diantaranya yang dapat kita nikmati saat ini adalah terdapat museum yang menjadi saksi bisu penjajahan kolonial di negeri pertiwi ini, dengan adanya museum hendaknya bisa memberikan nilai-nilai perjuangan bangsa kepada generasi muda, sebab museum adalah sarana penghubung orang-orang dengan masalalunya/sejarahanya, dan orang-orang yang terputus dari sejarahnya ibarat orang-orang yang tidak punya ruh

Ada empat museum yang ada di Sawah Lunto diantaranya

  1. Goedang ransoem

Museum gudang ransum merupakan bekas dapur umum yang dibangun pada tahun 1918, dimasa penjajahan Belanda, dapur umum ini dilengkapi dua buah gudang besar dan tungku pembakaran untuk memasak 3900 kg beras setiap hari untuk pekerja tambang , orang rantai, pasien rumah sakit dan keluarga pekerja tambang. Pada tahun 2004-2005 komplek bangunan bersejarah ini mulai dikonservasi untuk dimanfaatkan sebagai museum (asosiasimuseumindonesia.com diunduh 13 Oktober 2018). Banyaknya beras yang dimasak bisa mengindikasikan berapa banyak orang-orang tambang yang dieksploitasi tubuhnya dan dirampas haknya oleh kolonial

  1. Lubang tambang Mbah Soero

Lubang tambang Mbah Soero baru dibuka untuk umum tahun 2008, panjang terowongan ini ratusan meter numun baru 186 meter yang sudah dipugar, lebar lubang tambang ini dua meter dengan ketinggian dua meter dan masuk kedalam tanah dengan kedalaman enam belas meter. Lubang tambang ini terkenal sebagai lubang tambang Mbah Soero karena diawasi oleh mandor yang bernama Soerono.(tempo.co diunduh 13 oktober 2018)

Dengan lebar dan tinggi seadanya serta kedalaman 16 meter, memasuki museum ini kita akan bisa merasakan betapa sesaknya para orang-orang tambang di dalam  lubang, semakin dalam memasuki lubang semakin menipis oksigen yang dihasilkan, mereka berjuang dengan kematian. Memasuki lubang pengunjung akan kembali berimajinasi tentang orang-orang tambang, tentunya membuat bulu kuduk merinding, perasaan iba dan rasa cinta terhadap tanah air akan meningkat.

  1. Museum tambang batu bara ombilin

Museum tambang batu bara ombilin menjadi pelengkap rentetan museum yang dihadirkan Sawah Lunto sebagai kota warisan tambang kolonial  yang kini berwawasan wisata sejarah tambang. Museum ini baru saja diresmikan pada Juni 2014. Museum ini menyimpan beragam koleksi dari aktivitas penambangan batu bara sejak masa kolonial hingga masa kini. Ada peralatan tambang batu bara, arsip, kostum penambag dll (traverse. id diunduh 13 0ktober 2018)

  1. Museum kereta apai

Museum kereta api menyimpan literatur tentang lokomotif uap dan sejarah perkeretaan di Sawah Lunto, disini akan ditemukan replika lokomitif berukuran kecil, jam kuno, hingga ketel-ketel uap. Dimuseum ini juga tempat peristirahatan lokomotif uap yang mungkin telah ternama seantero negeri mak itam. Mak itam sudah tidak berderit lagi di salah satu ruangan penyimpanan museum disitulah Mak Itam berada dengan tetap diberi perawatan oleh petugas museum.

Museum-museum yang ada di Sawah Lunto seharusnya bsia memberikan input yang baik bagi banyak pihak dan Apa yang ada di dalam museum-museum ini bukanlah hanya sekedar benda mati yang tak berguna, namun museum ini bisa menjadi portal penghubung generasi dengan masalalunya yang merupakan identitas diri sebab kehidupan itu bisa diibaratkan pohon dan sejarahlah yang menjadi akarnya, bagaimana kita akan meneruskan hidup sedangkan kehidupan kita terputus dari akarnya, mati adalah jawaban. Museum bisa membangkitkan kesadaran generasi muda akan perjuangan bangsa yang melewati berbagai luka, kesedihan, penderitaaan.