Pusat Informasi Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah III, atau yang sebelumnya dikenal sebagai Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Sumatera Barat, silih berganti menerima rangkaian kunjungan para pelajar dari jenjang pendidikan dasar di Sumatera Barat. Kunjungan ini merupakan bagian dari pembelajaran sejarah Minangkabau yang diberikan pihak sekolah kepada peserta didik.

Sejak awal November, lebih dari 200 pelajar jenjang sekolah dasar telah berkunjung ke Ruang Pusat Informasi Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah III. Para pelajar ini berasal dari SD Negeri 03 Tigo Jangko, SD Negeri 04 Saruaso, SD Negeri 04 Buo, SD Negeri 12 Pangian, dan SD Negeri 13 Labuah di Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Selain itu, kunjungan juga dilakukan oleh perwakilan pelajar dari sembilan SD di Kota Bukittinggi.

Para pelajar secara bergantian mencoba menggali akar sejarah Minangkabau melalui ragam tinggalan secara fisik dan visual di Ruang Pusat Informasi Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah III. Melalui kunjungan ini, peserta didik memperoleh pembelajaran lapangan dengan cakupan yang lebih luas untuk memahami jati diri bangsa melalui tinggalan masa lampau di Sumatera Barat.

Menurut Kepala Sekolah SD Negeri 04 Buo Noviar Astati, S.Pd., kunjungan ini membawa misi penting bagi para pelajar. Peserta didik diharapkan dapat memahami seluk peradaban Ranah Minang sejak usia dini. Harapannya, generasi penerus dapat memiliki bekal untuk mengenali jati diri bangsa yang telah terbentuk berurat akar sejak berabad-abad silam.

“Ini menjadi pengalaman baru bagi peserta didik dalam memahami budaya Minangkabau. Ke depannya diharapkan lebih banyak peninggalan yang ditampilkan untuk menambah pengetahuan,” kata Kepala Sekolah SD Negeri 04 Buo Noviar Astati, S.Pd, Selasa (15/11/2022).

Kunjungan para pelajar ini disambut oleh para pegawai di lingkungan Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah III. Kepala Kelompok Kerja (Pokja) Dokumentasi dan Publikasi Ahmad Kusasi M.Hum, mengatakan, kunjungan ini merupakan investasi yang sangat penting bagi generasi penerus bangsa. Memori kolektif tentang tapak kejayaan bangsa Indonesia di masa lampau perlu diwarisi kepada para pelajar sejak mereka duduk di bangku sekolah.

Guna memupuk pengetahuan tentang sejarah bangsa, khususnya Minangkabau, para pelajar disuguhi ragam peninggalan maupun replika objek cagar budaya yang tersimpan di ruang koleksi Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah III. Objek ini pun memiliki daya tarik bagi para pelajar. Secara silih berganti, para pelajar melihat, membaca, dan menyimak penjelasan tentang koleksi tinggalan bersejarah yang tersaji di ruang koleksi.

Tak jarang para pelajar mengajukan ragam pertanyaan tentang suatu objek seperti tujuan pembuatan, bahan dasar yang digunakan untuk membuat objek, hingga lokasi penemuan objek cagar budaya. Hal ini membuktikan bahwa pembelajaran sejarah dapat mengasah nalar kritis para pelajar.

Pengalaman baru

Menurut Althaf Affandi, pelajar kelas 5 SD Negeri 13 Kubu Gulai Bancah, Bukittinggi, kunjungan ini memberikan banyak pengetahuan baru tentang sejarah Minangkabau, salah satunya adalah ragam peninggalan bersejarah secara fisik. Sejarah yang biasanya hanya dipelajari di bangku sekolah, kini dapat dipelajari dengan cara berbeda secara langsung di lapangan.

Selama berada di ruang pusat informasi, para pelajar diberikan pengalaman berbeda dalam memahami sejarah. Pada ruangan koleksi, pelajar dapat memahami tinggalan sejarah fisik yang tersebar pada berbagai daerah di Sumatera Barat seperti arca hingga replika dari prasasti. Sementara pada ruangan visual interaktif, para pelajar juga disuguhi informasi tentang objek cagar budaya dengan pendekatan teknologi informasi melalui sajian audio dan visual. Pelajar tampak sangat antusias, terutama saat menyaksikan sajian tampilan tiga dimensi tentang objek cagar budaya.

Selain tinggalan sejarah fisik dan tampilan tiga dimensi, para pelajar juga menikmati film tentang sejarah Minangkabau yang tersaji di ruangan audio visual. Film tentang Istano Basa Pagarruyung, Prasasti Padang Roco, hingga Benteng Van Der Capellen silih bergantikan ditayangkan untuk memberikan informasi sejarah berbasis pendekatan teknologi kepada generasi penerus.

Guru Kelas I SD Negeri 13 Labuah, Sri Widya Fitri, S.Pd.SD mengungkapkan, ruangan audio visual merupakan alternatif pembelajaran yang sangat kreatif untuk memantik semangat pelajar memahami sejarah. Melalui pendekatan ini, para pelajar sangat antusias untuk memahami kepingan sejarah yang merupakan modal pembentuk jati diri bangsa.

Pusat informasi ini pun diharapkan dapat terus dirawat dan dikembangkan karena dinilai memberi banyak manfaat bagi generasi penerus. Dalam jangka panjang, ruangan pusat informasi diharapkan dapat menjadi jembatan transfer pengetahuan tentang sejarah di Sumatera Barat kepada para tenaga pendidik dan para pelajar.