Keramik memiliki sejarah panjang dalam perjalanan sejarah di Nusantara.sebagai bagian peninggalan sejarah pelacakan dan penelusuran sejarah di Nusantara tidak dapat dipisahkan dari tinggalan arkeologis keramik. Saat ini, keramik mendapat tempat dan bagian sebagai Cagar budaya. banyaknya temuan-temuan keramik baik itu di Perairan maupun di darat dari sisa-sisa jejak peradaban di Nusantara membuktikan bahwa telah terjalin interaksi budaya antara penduduk lokal dan bangsa asing di Nusantara.

Kehadiran keramik di Nusantara tidak terlepas dari interaksi bangsa Asing dengan penduduk lokal di Nusantara. interaksi ini terjalin berkat Perdagangan, pertukaran barang, antara Cina, India, dan area Asia Barat sangat ramai. Hal tersebut menjadikan area di Asia Tenggara turut berkembang, masuk ke dalam sistem perdagangan internasional, menyuplai hasil hutan dan hasil produksi dari binatang, serta pertukaran melalui perdagangan barang secara internasional. Ramainya jalur perdagangan di Selat Malaka tidak lepas dari peranan Imperium Kerajaan Sriwijaya sebagai Penguasa maritim di Asia Tenggara mulai dari abad ke 7. Persebaran keramik di Nusantara juga tidak terlepas dari aktivitas perdagangan ini sehingga membuka  peluang untuk saling bertukar komoditas termasuk juga keramik. Penyebaran keramik asing di Indonesia melalui berbagai jalan, antara lain: sebagai upeti atau hadiah bagi para penguasa (raja), barang dagangan, bawaan rombongan ekspedisi asing yang datang ke Indonesia, bawaan para peziarah atau perantau yang kemudian menetap di Nusantara.

Cara rekontruksi pecahan keramik untuk abad ke 13-16

Pada masa Majapahit, selain keramik Cina (Yuan), banyak pula berdatangan keramik Vietnam dan Thailand. Bahkan data arkeologis menunjukkan adanya pesanan khusus berupa hiasan dinding keramik Vietnam biru-putih underglaze dengan ditemukannya fragmen keramik tersebut di situs Trowulan (situs kota masa Majapahit). Celadon buatan Vietnam pada Abad ke 14Salah satu keramik asing yang banyak tersebar di Nusantara adalah keramik Vietnam. Berdasarkan bukti arkeologis, persebaran keramik asing meluas ke seluruh Kepulauan Nusantara,adanya penyebaran keramik asing yang begitu luas di Indonesia, menggambarkan bahwa perdagangan sudah tersebar jauh di Indonesia.

Bermula dari kontak antara bangsa Khamer dengan daerah Asia Tenggara terkait dengan keramik mulai intes pada abad ke 8. Kontak ini dilakukan karena peran saudara dan misi diplomatic dengan daeah-daerah di  Asia Tenggara. Tercatat bahwa, pada tahun 1149, para pedagang tiba melalui laut dari kerajaan-kerajaan di Jawa (Trao-oa) dan Thailand. Mereka meminta  diizinkan perdagangan dan juga izin untuk membangun sebuah perusahaan disebut Vân-dôn. Nama Vân-dôn berarti ‘pengumpulan awan’ dan berasal dari ungkapan klasik, “mengumpulkan seperti awan seperti burung gagak,” yang menunjukkan situasi asosiasi yang tidak stabil yang sesuai ke tempat pasar internasional. Vân-dôn dengan cepat menjadi pusat perdagangan yang penting. Pada tahun 1184, pedagang dari Thailand dan Palembang (Tam-phât-tê) tiba di Vân-dôn sebagaimana dikutip dari buku berjudul Vietnames Ceramics.

Hiasan Keramik buatan Vietnam pada Abad ke 14-15

Keramik Vietnam merupakan keramik asing kedua terbanyak di Indonesia setelah Cina. Salah satu situs yang mengandung keramik Vietnam terbanyak adalah Situs Trowulan (abad 14 – 15 Masehi), serta beberapa situs di wilayah Sulawesi Selatan.

Ciri-ciri umum:

Keramik Vietnam memiliki ciri-ciri umum yang dapat dikenali, yaitu sisa-sisa pengerjaan, warna dan jenis bahan dasar, serta hiasan.

  • tanda yang sering dijumpai adalah tanda bulatan berwarna coklat kemerahan yang menutupi sebagian atau seluruh bagian permukaan luar dari dasar wadah.
  • Bahan dasar keramik dari jenis kaolin berwarna putih kusam/ kotor yang memiliki partikel kasar dengan tekstur yang kurang rapat.
  • Warna glasir: seladon, putih, putih – biru (bawah glasir), coklat pekat – hitam, putih – coklat pekat/ hitam.
  • Enamel (atas glasir), berwarna merah – hijau (dominan) serta kuning (sedikit)
  • Pada bagian dasar / kaki wadah umumnya tidak berglasir

Sumber : Neneng Kartiwi,Widiyati. dkk, Identifikasi Keramik Tanjung Pinang, Laporan (Batusangkar : BPCB Sumatera barat, 2015)

Carol M, Young, Mare-France Dupoizat, elizabet W. Lane (ed), Vietnamase Ceramics, (Tanglin, Singapore : Southeast Asian Ceramics Society, 1982)